Liputan6.com, Jakarta - Siang itu, lima nelayan tengah menjalankan aktivitasnya di sekitar perairan Lingga, Kepulauan Riau, Sabtu 3 Desember 2016. Di tengah keasyikannya mengisi waktu, mereka tiba-tiba melihat sebuah pesawat Polri melayang-layang di udara.
Suara mesin pesawat itu muncul dan tiada. Antara hidup dan mati. Lantas setelah itu pesawat Polri berjenis Skytruck tersebut terjun bebas dengan posisi moncongnya menghantam permukaan air laut.
Advertisement
"Mesin antara hidup mati, hidung pesawat ke bawah dan terjadi ledakan di air," kata Kapolda Kepri, Brigjen Sam Budiangusdian usai turut dalam pencarian di Telaga Punggur Batam, Minggu (4/12/2016).
Sam mengatakan, sejumlah nelayan yang melihat kejadian dari jarak tidak begitu jauh itu berhasil menemukan serpihan-serpihan pesawat yang tersebar.
"Hingga saat ini belum bisa dipastikan korban selamat dalam peristiwa ini. Tim masih terus berupaya melakukan pencarian dengan berbagai peralatan yang dimiliki," kata Sam seperti dikutip dari Antara.
Kejadian ini membuat Polri berduka. Pesawat Polri berjenis Skytruck tersebut sebelumnya take off dari Pangkal Pinang pukul 09.24 WIB menuju Batam. Dengan estimasi waktu sekitar 1 jam 22 menit, pesawat yang mengangkut 13 personel itu tiba di Batam pukul 10.58 WIB.
"Namun pesawat itu hilang dari radar pukul 11.10 WIB," kata Kabid Humas Polda Kepri AKBP Erlangga saat dihubungi Liputan6.com, Sabtu 3 Desember 2016.
Kabar menghilangnya pesawat Polri itu disampaikan pertama kali oleh pihak Singapura. Ini lantaran wilayah penerbangan di sekitar wilayah kabupaten Lingga, Kepri, itu masuk dalam pengawasan Flight Information Region (FIR) Singapura.
Usai informasi itu diterima, tim kepolisian dan Basarnas menggelar operasi pencarian. Pihak TNI AL pun bergerak dengan menurunkan KRI guna menemukan pesawat nahas tersebut.
"TNI AL mengerahkan dua unsur KRI dari Gugus Keamanan Laut Komando Armada RI Kawasan Barat (Guskamlabar) dan dua Kapal Patroli Keamanan Laut (Patkamla) dari Lanal Dabo Singkep untuk mencari pesawat Polri yang hilang kontak," kata Kadispen AL Laksma TNI Gig Jonias Sipasulta.
Bahkan Singapura juga mengerahkan armadanya turut membantu mencari korban pesawat jatuh tersebut. Negara tetangga itu menurunkan dua pesawat miliknya. Yaitu 1 unit Fokker 50 dan 1 unit Heli Super Puma.
Tantangan Pencarian
Setelah melakukan pencarian, Tim Basarnas akhirnya menemukan titik jatuhnya pesawat Polri pada Sabtu 3 Desember 2016, sekitar pukul 17.55 WIB. Ini terindikasi lantaran terlihat tumpahan minyak dan penemuan bagian dari kuku yang disangka korban jatuhnya pesawat Polri.
Tak hanya itu, satu jenazah korban pesawat Polri juga ditemukan. Selanjutnya jenazah itu dibawa ke RS Bhayangkara Batam pada Minggu pagi.
Selain satu jenazah, sejumlah barang milik penumpang seperti tas, pakaian, KTA, topi, foto-foto sudah terlebih dahulu ditemukan nelayan dan tim SAR.
Pada Sabtu petang, pencarian pesawat Polri yang hilang kontak sempat dihentikan akibat cuaca tidak mendukung. Kegiatan pencarian dilanjutkan pada Minggu pagi.
Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsekal Madya TNI FHB Soelistyo menuturkan pencarian pesawat pada Minggu mencakup area seluas 200 titik. Ada 15 kapal dan unsur udara yang dioperasikan.
15 kapal terdiri dari lima kapal dari Basarnas, empat dari TNI AL, empat dari Polisi Perairan, satu dari (Kesatuan Penjagaan Laut dan Peraian) KPLP dan satu dari Bea Cukai.
"Lima belas kapal yang diturunkan kami rasa sudah cukup di luasan air itu," Soelistyo menjelaskan.
Selain 15 kapal, Basarnas juga menurunkan satu kapal yang dilengkapi sistem pencarian bawah laut. Tak hanya itu, lima penyelam andal ditugaskan untuk mengonfirmasi jika melihat obyek yang dicari.
"Enam penyelam datang dari Pangkal Pinang. Ini kami gerakkan dulu yang lima orang. Nanti bergantian," ujar dia.
Namun begitu, pencarian pesawat tersebut bukan berarti tanpa rintangan. Tim harus menghadapi gelombang tinggi serta arus bawah laut yang kuat.
"Jadi terkait tugas-tugas pencarian, masalahnya ada pada tinggi gelombang. Kedua kalau melakukan pencarian di bawah air, berarti kuat arus bawah dan visibility (jarak pandang)," jelas Soelistyo.
Soelistyo berharap, kondisi cuaca di perairan, baik atas maupun bawah laut di Kabupaten Lingga, Kepri, bisa bersahabat. Dengan begitu lebih bisa memudahkan pencarian para korban yang hilang.
Untuk waktu operasi ini, Kasubdit Katrof (Peningkatan Profesi) Ditpol Udara Baharkam Polri, Kombes Pol Hendrawan menyatakan hingga tujuh hari. Namun begitu dia berharap operasi akan rampung sebelum tenggang waktu berakhir.
"Saya harap tidak sampai tujuh hari bisa selesai. Kami bekerja sama dengan BMKG, cuaca visual untuk hari ini bagus, mudah-mudahan bisa mempercepat operasi kami," sambung dia.
Sementara itu, Kabid Humas Polda Kepri AKBP Erlangga mengatakan, jumlah kantong jenazah yang sudah dibawa ke RS Bhayangkara Batam terus bertambah. Hingga pukul 21.13 WIB, jumlahnya telah mencapai 4 kantong jenazah.
"Untuk saat ini yang sudah ditemukan bertambah satu kantong, menjadi empat," ucap Erlangga.
Dia menjelaskan hingga kini belum dapat dipastikan jumlah korban yang sudah ditemukan, maupun identitasnya. Sebab kondisi jenazah tidak utuh.
"Semua kantong jenazah yang baru ditemukan dalam penanganan tim dokter DVI Polda Kepri," kata Erlangga.
Advertisement
Duka Keluarga Korban
Insiden pesawat jatuh milik Polri di Perairan Kepri itu menyisakan duka mendalam bagi keluarga AKP Abdul Munir. Munir merupakan salah satu penumpang pesawat nahas tersebut.
Sessy, istri dari Munir, menuturkan, sehari sebelum kejadian, sang suami meneleponnya. Dalam pembicaraan melalui telepon itu, Munir menanyakan kabar dirinya dan anak-anak.
Di akhir pembicaraan, Munir memberikan pesan kepada Sessy. "Hati-hati ya," kenang Sessy, dengan suara terbata-bata.
Ucapan itu membuat Sessy heran, lantaran sikap itu merupakan di luar kebiasaan suaminya. "Dia enggak biasa ngomong begitu," ujar dia seraya kedua matanya meneteskan air mata.
Sementara itu adik kandung dari Munir, Chairu Bastaman, memiliki cerita tersendiri sebelum sang kakak pergi bertugas. Dia menuturkan, terakhir kali bertemu dengan Munir pada Sabtu pekan lalu. Saat itu dia diminta datang untuk mengantarkan raket baru.
"Dia nelepon saya minta diantar raket baru, karena raket miliknya patah," kata Chairu saat ditemui di rumah Abdul Munir Perumahan Villa Dago Cluster Parangtritis, Pamulang Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Minggu (4/12/2016).
Kesedihan juga dirasakan keluarga Ajun Komisaris Safran, anggota kepolisian yang berada dalam pesawat tersebut. Dia berharap Safran ditemukan selamat.
Safran merupakan pilot di kepolisian. Setiap bulan dia selalu keliling ke berbagai Polda. Sebab, jumlah pilot di kepolisian masih terbilang sedikit.
Ayah AKP Safran, Syafawi, hanya bisa berdoa agar semua penumpang pesawat itu ditemukan dalam keadaan selamat, termasuk anaknya. "Tolong doanya aja, semoga selamat," harap Syafawi.