23 Jam Tanpa Listrik, Warga Pinggir Danau Tondano Mati Gaya

Pemadaman listrik di pinggir Danau Tondano menyebabkan sinyal telepon juga menghilang.

oleh Yoseph Ikanubun diperbarui 05 Des 2016, 08:30 WIB

Liputan6.com, Tondano - Tak hanya warga Manado yang terkena imbas krisis listrik akibat robohnya tower di Provinsi Gorontalo, warga Desa Ranowangko 2, Kecamatan Kombi, Kabupaten Minahasa juga merasakan hal serupa. Bahkan, pemadaman listrik yang terjadi selama 23 jam itu memutus sinyal telepon warga di pinggiran Danau Tondano.

Imbasnya, warga kesulitan berkomunikasi dengan dunia luar. "Pemadaman sudah terjadi sejak Sabtu 03 Desember 2016 sekitar pukul 17.00 Wita. Dan nanti kembali menyala pada Minggu, 4 Desember pukul 17.00 Wita. Itu artinya lebih dari 23 jam tanpa aliran listrik," kata Anne Singal, warga Desa Ranowangko, Kecamatan Rerer, Kabupaten Minahasa, Minggu malam, 4 Desember 2016.

Anne mengatakan pemadaman itu dilakukan tanpa ada informasi dari pihak PLN. Saat dia mengeluhkan kondisi itu, respons baru diterimanya setelah enam jam lebih mengontak pihak PLN.

"Saya baru bisa melaporkan kondisi ini ke PLN pada Minggu siang pukul 12.27 Wita, saat dalam perjalanan keluar dari kampung dan menuju Manado, karena memang sinyal ponsel hilang. PLN baru meresponnya menjelang malam," kata Anne.

Informasi yang dihimpun dari Minahasa menyebutkan, sejumlah desa di sekiaran Danau Tondano juga mengalami hal yang sama. Seperti Desa Telap, dan Desa Touliang Oki. Deputy Manager Humas PLN Suluttenggo Jantje Rau mengatakan, gangguan yang terjadi di Kecamatan Kombi Minahasa itu karena ada kabel yang terputus.

"Medan yang sulit untuk ditembus petugas karena harus masuk hutan, sehingga memang membutuhkan waktu lama dalam pelacakan untuk menemukan kabel yang putus itu," ujar Jantje.

Dia menambahkan, pihaknya juga belum bisa menginformasikan kondisi yang sebenarnya ke pelanggan karena akses komunikasi di daerah tersebut sulit. "Sehingga perkembangan pelacakan dan perbaikan informasinya terlambat kami sampaikan," tutur Jantje.


Upaya Pemulihan

Untuk mempercepat pemulihan sistem interkoneksi kelistrikan Sulawesi Utara - Gorontalo yang sempat terganggu karena rubuhnya tower nomor 6 pada jalur transmisi 150kV pada Rabu malam, 30 November 2016, PLN mendatangkan material berupa tower darurat dari Makassar yang diangkut dengan pesawat Hercules A-1316.

Pesawat angkut milik TNI AU itu baru lepas landas dari Bandara Sultan Hassanudin Makassar pada Minggu pagi, 4 Desember 2016, pukul 09.40 Wita dan tiba di Bandara Djalalludin Gorontalo pada pukul 11.47 Wita.

Sugeng Hidayat, Manajer AP2B Sistem Minahasa beserta Ronny Rumajar, Deputy Manajer Penyaluran PLN Suluttenggo, memantau langsung proses bongkar muat material dan memastikan agar proses tersebut berjalan aman dan lancar.

Jantje mengatakan, proses bongkar muat sempat terhenti sesaat karena hujan deras kembali mengguyur kota Gorontalo. Sebanyak 40 orang dikerahkan dalam proses yang memakan waktu hingga 1,5 jam. Selanjutnya, material dibawa menggunakan tiga unit low bed kontainer menuju lokasi robohnya tower 6.

PLN menargetkan pemulihan kembali sistem jaringan yang rusak itu menelan waktu sekitar satu minggu, terhitung sejak Rabu, 30 November 2016. Akibat menara rubuh itu, pasoka daya listrik untuk Sulawesi Utara dan Gorontalo mengalami defisit sebesar 58 MW.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya