Liputan6.com, Jakarta Bagi orang yang tinggal di wilayah urban seperti Rizky Hanggono, fasilitas penunjang hidup dengan mudahnya didapat di mana-mana. Hal yang berbeda ia temukan dalam persiapan syuting film barunya, Mengejar Embun ke Eropa, yang berlatar di Sulawesi Tenggara.
Film yang disutradarai oleh Haryo Sentanu Murti ini, diangkat dari kisah nyata Profesor Puro, seorang pendidik dari Universitas Halu Oleo, Kendari, yang berasal dari sebuah pulau kecil bernama Muna.
Baca Juga
Advertisement
Di masa lalu, Pulau Muna adalah daerah yang kerap mengalami krisis air. Untuk mandi, kala itu orang-orang di pulai ini biasa melakukan mandi embun. Rizky Hanggono dan lawan mainnya di film ini, Putri Ayudya, ternyata penasaran juga mencicipi bagaimana sensasi mandi embun di pagi hari.
Mandi embun ini, tentu dilakukan di pagi-pagi buta. "Karena jam enam sudah keluar mataharinya," kata Rizky Hanggono, saat bertandang ke kantor Liputan6.com, Jumat (2/12/2016) lalu. "Enggak cuma anak kecil, orang dewasa juga mandi embun," katanya menambahkan.
"Dan ternyata orang-orang di sana itu bisa sabunan, terus lari di antara pohon-pohon itu bisa hilang sabunnya," kata Putri Ayudya menimpali.
Keduanya menyebut bahwa sampai sekarang mandi embun masih terus dilakukan, namun dengan tujuan yang berbeda. "Bukan karena tidak ada air. Tapi lebih untuk fun saja," kata Rizky.
Mandi embun ini ternyata juga menjadi dasar filosofi dari film Mengejar Embun ke Eropa. "Bahwa dari tempat kekeringan pun kita bisa mengejar mimpi," kata Putri Ayudya.
Mengejar Embun ke Eropa mengisahkan perjuangan Puro (Rizky Hanggono), seorang pria dari Pulau Muna, yang menuntut ilmu hingga ke Eropa. Ia kemudian kembali ke Sulawesi dan mengabdi sebagai pengajar di Universitas Delapan Penjuru Angin, namun menemukan banyak tekanan dari sekitarnya, termasuk politik kampus dan masalah SARA. Selain itu, diceritakan pula kehidupannya sebagai kepala keluarga bersama istrinya, Ani (Putri Ayudya).
Mengejar Embun ke Eropa akan tayang pada 15 Desember 2016 mendatang.