Kala Bisnis Esek-Esek Kalijodo Naik Kelas

Penggusuran Kalijodo, Jakarta Barat, telah menghasilkan fenomena tersendiri bagi mantan PSK-nya. Mereka kini telah bertransformasi.

oleh Muslim AR diperbarui 05 Des 2016, 11:38 WIB
Ilustrasi PSK di lokalisasi. (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Pembebasan kawasan Kalijodo, Jakarta Barat, telah memerdekakan pekerja seks komersial (PSK). Mereka kini berhak menentukan nasibnya sendiri tanpa adanya intervensi para muncikari.

Berbagai jalan telah diambil oleh mereka untuk melanjutkan kehidupannya masing-masing. Ada yang kembali ke kampung halaman, ada juga yang tetap bertahan di Ibu Kota guna mencari peruntungan, atau melanjutkan pekerjaannya sebagai PSK.

Meski wajah Kalijodo telah berubah, hasrat pelanggannya tetap seperti dulu. Mereka terus memburu para "kupu-kupu" yang naik kelas ke bilangan Mangga Besar, Jakarta Barat.

Namun begitu, di tempat ini mereka harus merogoh kocek lebih dalam. Tarif Rp 150 ribu per short time di Kalijodo dulu kini hanya ada di pinggir jalur rel Gunung Antang.

Penampakan Kalijodo usai sebulan lebih rata dengan tanah. (Liputan6.com/Muslim AR)

"Yang pego (Rp 150.000) dengan standar Kalijodo udah enggak ada, kecuali lu mau yang di Gunung Antang," ujar mantan pelanggan Kalijodo, Sandi (35), kepada Liputan6.com, Jakarta, Jumat, 2 Desember 2016.

Muncikari di kawasan Mangga Besar, Putra, membenarkan kenaikan tarif para mantan PSK Kalijodo tersebut. Harga yang ditawarkan saat ini melonjak hingga 100 persen lebih.

"Paling bawahnya Rp 250 ribu buat yang STW (setengah tua, PSK berumur kisaran 30-40 tahun). Yang standar (muda) ya Rp 400 ribuan, belum termasuk kamar," ujar Putra.


PSK Lega

Ilustrasi Pekerja Seks Komersial (PSK). (iStockphoto)

Namun begitu, para PSK tersebut mengaku lega setelah keluar dari kawasan Kalijodo. Tak lagi banyak potongan yang diberlakukan oleh muncikari. Terlebih sewa kamar telah ditanggung pelanggan.

"Udah 50:50, kalau dulu cuman dapat Rp 25.000 dari Rp 150 ribu. Ada senangnya, ada sedihnya juga," ucap R, PSK berusia 25 tahun yang pernah beroperasi di Kalijodo.

Namun begitu, ia mengaku kecewa lantaran harus membayar kontrakan sendiri. Hal ini berbeda di Kalijodo yang sudah difasilitasi dengan kamar sebagai tempat tinggal.

"Harus berhemat, tapi enaknya enggak ada target," ucap R yang mengaku dulunya harus melayani minimal 10 pria hidung belang.

Lain pula halnya D dan A (22). Pendatang baru di Kalijodo itu memilih minggat dan tak lagi terikat dengan muncikari. Mereka berdua menyewa satu flat di salah satu tower apartemen di bilangan Jakarta Selatan.

Sisa tabungannya selama di Kalijodo mereka jadikan modal awal untuk menyewa flat. Di tempat ini, mereka dapat menawarkan jasanya dengan tarif lebih tinggi dari Kalijodo.

D mematok harga Rp 500 ribu untuk layanan esek-esek singkat dan Rp 1 juta untuk layanan satu malam. "Malah lebih ramai, bisa kerja sampai siang," ujar dia.

Wanita berusia 21 tahun ini memulai operasinya pukul 22.00 WIB. Bahkan, ia harus membuka jam layanan lebih awal, pukul 21.00 WIB untuk memenuhi pesanan pelanggan yang membeludak jelang awal Desember kemarin.


Pesan Instan

Inilah penjelasan Kementerian Kominfo terkait polisi internet yang akan secara otomatis menyadap percakapan di Cyber Social Media. (Foto: todayonline.com)

Cara pemesanan dan memilih para PSK juga sudah mengalami transformasi. Meski cara ini sudah lama populer di kalangan atas, cara online juga sudah jadi kebiasaan kaum berpenghasilan minimal Rp 2 juta per bulan.

"Kalau pakai online, lu tinggal duduk aja di salah satu halte, tinggal pilih saja foto dan harga yang mereka tawarkan," jelas R (28) mahasiswa tingkat akhir di salah satu universitas ternama di Jakarta.

Dia menyebut dengan adanya aplikasi online, pemilihan PSK akan lebih leluasa dilakukan. Hal ini serupa dengan cara para pria hidung belang memilih PSK di Gang Dolly. Hanya saja, mereka tak lagi di aquarium, tapi ada di layar handphone.

"Liat aja foto-foto yang mereka posting, lu bisa pilih. Kalau cocok, tinggal kontak saja, beres," ucap dia seraya membalas pesan negosiasi harga dengan salah satu PSK.

Kalijodo memang telah digusur, pembangunan terus dilakukan. Ibu Kota memiliki ritme baru. Cara mencari layanan seks di Jakarta ikut bertransformasi dengan teknologi.

Penggusuran membuat mereka juga harus mengubah cara kerja. Para mantan PSK Kalijodo tak lagi menerima uang tunas, mereka dapat meminta pelanggannya dengan membayar melalui e-Banking.

"Kalau gue sih berterima kasih. Sebulan sehabis gusuran emang bingung mau ngapain, sekarang sudah canggih, duitnya juga lebih gede," kata D sambil mengantar tamunya ke lobi apartemen.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya