Liputan6.com, Manado - Delapan belas pendaki yang tergabung dalam Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala) Marbunta Politekhnik Negeri Manado, Sulawesi Utara, yang terjebak badai dan lahar dingin di Gunung Lokon, Sabtu, 3 Desember 2016, kini sudah beraktivitas kembali di kampus.
Namun kejadian mencekam di Gunung Lokon itu masih terbayang dalam benak Vany dan Greis, dua dari 18 mahasiswa tersebut.
"Awalnya tidak ada rencana kami untuk naik Gunung Lokon. Saya dan Greis rencana akan naik Gunung Klabat. Karena teman lain tidak kumpul, maka memilih ikut bersama anak (Mapala) Marbunta yang akan ke Gunung Lokon. Ini kali pertama ke sini," ucap Vanny kepada Liputan6.com di Manado, Senin (5/12/2016).
Vanny mengisahkan, mereka berangkat pada Jumat, 2 Desember 2016, pukul 22.00 Wita dari Manado.
Baca Juga
Advertisement
"Sampai di lokasi pukul 01.30 Wita. Di sana cuaca bagus, lalu bersama membangun tenda. Rencana akan pulang Sabtu pukul 17.00 Wita," tutur Vanny.
Rencana turun gunung dan pulang ke Manado itu akhirnya batal karena cuaca ekstrem yang melanda. "Sejak pukul 15.00 Wita Sabtu sore itu, hujan keras beserta angin kencang menerpa hingga tenda kami hampir roboh," kata dia.
Hingga pukul 17.00 Wita, tak ada tanda-tanda hujan dan badai akan berhenti. "Ada tiga perempuan yang ikut. Saya dan Greis satu tenda, Fika yang mengalami sakit berada di tenda lain. Mungkin karena kelelahan dan penyakit yang ada dalam dirinya kambuh," ujar Vanny.
Batu pun Hanyut
Tak hanya Vany yang mengalami kondisi mencekam saat berada di Gunung Lokon, Tomohon, Sulawesi Utara. Greis pun punya cerita tersendiri yang membuat dirinya cukup trauma.
"Saya lihat batu itu hanyut bersama air. Bukan hanya itu saja suara longsor batu terdengar. Hingga beberapa calon anggota Marbunta begitu panik, karena baru pertama kali ikut mendaki," kata Greis, Minggu, 4 Desember 2016.
Greis menuturkan, saat itu memang hujan deras beserta angin menerjang Gunung Lokon dan sekitarnya.
"Tenda milik kami hampir terbang, beruntung ada beberapa teman sempat memegangnya talinya," kata dia sembari menambahkan, tenda yang didirikan berjumlah tiga untuk 18 orang.
Dalam kondisi panik itu, sejumlah mahasiswa memilih untuk menyebarkan informasi melalui fasilitas BlackBerry Messenger serta media sosial. "Isinya kami terjebak badai dan lahar dingin di Gunung Lokon," ujar dia.
Hingga akhirnya tim penyelamat yang terdiri dari BPBD Kota Tomohon, Polres Tomohon, serta Basarnas Sulut mengevakuasi 18 mahasiswa dari kawasan Gunung Lokon pada Sabtu tengah malam hingga Minggu subuh.
Keberadaan belasan mahasiswa di Gunung Lokon itu terkait proses penerimaan mereka sebagai anggota Mapala Marbunta Politekhnik Negeri Manado.
"Keseluruhan yang naik ada 18 orang terdiri dari tiga perempuan tamu. Lima belas orang lainnya adalah anggota dan calon anggota Mapala Marbunta," ujar Ketua Ketua Panitia Penerimaan Calon anggota Marbunta, Melvin.
Saat itu, imbuh Melvin, mereka menggelar Gunung Lokon digelar kegiatan pengenalan alam bagi calon anggota yang akan masuk ke Mapala Marbunta. Kegiatan itu digelar sejak Jumat hingga Sabtu, akhir pekan lalu.
Advertisement