Kalijodo Berubah, Jadi Lebih Aman?

Sejak Kalijodo tutup, Dana menerangkan, preman yang biasanya bekerja di sana berubah beringas. Mereka meneror warga yang pulang malam.

oleh Muslim AR diperbarui 06 Des 2016, 06:06 WIB
Pekerja tampak membentuk lekukan-lekukan untuk pemain skate board beraksi di Taman Kalijodo, Jakarta Barat, Kamis (13/10). Di lahan itu Pemprov DKI akan membangun taman, skate park dan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA). (Liputan6.com/Gempur M Surya)

Liputan6.com, Jakarta - Kawasan Kalijodo Telah berubah. Meski dijadikan taman, namun kejahatan di sekitar kawasan itu malah meningkat.

Perampokan, penodongan dan teror terhadap warga sekitar kelurahan Pejagalan (Kalijodo) semakin menjadi-jadi, sejak kawasan itu ditutup.

Menurut Ketua RT 009/RW 01 Dana Sutjipto, mantan preman Kalijodo menjadikan warga sekitar sebagai sasaran. Mereka yang otomatis menganggur beralih profesi sebagai penjahat. Bak ke luar mulut buaya masuk mulut harimau.

"Waktu ada Kalijodo, memang aman dari preman, tapi yang bikin rusuh pasti orang luar, sekarang pemuda-pemuda yang dulu di Kalijodo yang jadi penjahatnya, karena mereka enggak ada pemasukan," ujar Dana Sutjipto pada Liputan6.com, di kawasan Kalijodo, Senin (5/12/2016).

Sejak Kalijodo tutup, Dana menerangkan, preman yang biasanya bekerja di sana berubah beringas. Mereka meneror warga yang pulang malam.

"Waktu Kalijodo buka, kami enggak ronda. Tapi, sejak tutup, kami ronda tiap malam, tiga rumah untuk satu malam," kata Dana.


Etnis Tionghoa

Pekerja menyelesaikan pembangunan taman kota bekas kawasan lokalisasi Kalijodo, Jakarta Barat, Kamis (13/10). Di lahan itu, Pemprov DKI akan membangun taman, skate park dan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA). (Liputan6.com/Gempur M Surya)

Hal ini semakin diperparah sejak kasus penistaan agama oleh Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Dana membeberkan, korban kejahatan mantan preman Kalijodo menyasar etnis tertentu.

"Maaf kata ini ya, warga keturunan etnis Tionghoa jadi sasaran kalau pulang malam, saya mencatat ada kenaikan kejahatan 10 persen sejak Kalijodo tutup," tegas Dana.

Para begundal ini bukanlah orang lain. Meski warga tak terlalu mengenal, namun mereka sudah lama berada di kawasan tersebut. Jika dulu, warga hanya menghindari kawasan Kalijodo karena preman di sana. Sejak digusur, preman-preman sekitar Kalijodo menjadikan warga sebagai sasaran.

"Awalnya minta uang saja, jadi pak Ogah, tapi kalau malam, sudah mabuk-mabukan, mereka nodong, ngerampas bahkan ada yang ngerampok," terang Dana.

Seperti melepaskan harimau ke pemukiman warga. Preman-preman yang awalnya berpenghasilan Rp 100 ribu hingga Rp 200 ribu sehari di Kalijodo, mendadak kehilangan mata pencaharian.

"Mereka itu rata-rata putus sekolah, pengangguran, jadi karena enggak ada kerjaan lagi (Kalijodo tutup), kami yang jadi sasaran," kata Dana.

Menurutnya, meski patroli kepolisian rutin, bahkan Kamtibmas rajin mendatangi warga tetap tak mampu menekan kejahatan.

"Ya, siang-siang mereka ini kan banyak yang jadi pak ogah, kadang cuma tidur-tiduran, beraksinya pas malam," terang Dana.


Pelecehan Seksual

Sejumlah pekerja membongkar bangunan salah satu cafe di Kalijodo, Jakarta, Selasa (23/2). Eksekusi permukiman dan kafe di Kalijodo oleh Pemprov DKI Jakarta akan dilakukan 29 Februari mendatang. (Liputan6.com/Gempur M Surya)

Belum lagi, pelecehan seksual yang menghantui kaum perempuan yang akan melintas di kawasan Kalijodo. Terutama di jalan Bandengan dan Teluk Gong, Dana mengatakan, hal ini membuat warga khawatir.

"Maaf-maaf ini ya, setiap yang sipit lewat malam-malam, bahaya. Hingga kami keluarkan imbauan buat warga yang berasal dari Bangka Belitung, mereka kan rata-rata sipit, walau bukan Tionghoa," beber Dana.

Dana menerangkan, ia terpaksa mengungkapkan hal ini, bukan dengan tujuan rasis. Namun, kejahatan yang semakin meningkat membuat ia harus membuat grup untuk para warganya agar aman.

"Kita bikin grup medsos, kita bahkan ronda hingga jam 4 pagi. Setiap malam, tiga buah rumah wajib kirim perwakilannya untuk ronda," ucap Dana.

"Padahal, waktu Kalijodo masih ada, kami tak perlu ronda, dan warga enggak takut ke luar malam," pungkas Dana.

Sementara itu, saat hendak mengonfirmasi data peningkatan kejahatan ke Polsek Tambora semenjak Kalijodo tutup kantor polisi yang paling terdekat dengan kawasan Kalijodo itu tengah mengalami kendala teknis.

"Listriknya bermasalah sejak dua jam lalu, sampai sekarang masih diperbaiki," kata seorang petugas kepada Liputan6.com di kantor Polsek.

Data-data itu, menurutnya, tersimpan dalam komputer. Hingga berita ini ditulis, empat petugas listrik masih memperbaiki beberapa kabel dan CB yang ada di kantor Polsek Tambora.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya