Liputan6.com, Gunungkidul - Bantaran sungai besar di Bantul kritis seiring dengan terjadinya abrasi sungai di sejumlah titik dalam kurun waktu dua minggu terakhir. Bahkan, bangunan asrama di Markas Komando (Mako) Ditpolair Polda DIY pun ambles.
Informasi yang dihimpun, abrasi melanda Desa Selopamioro dengan luas mencapai 15 hektare dan tersebar dalam belasan titik sepanjang Sungai Oya di tujuh dusun, yakni Putat, Siluk I, Siluk II, Lemahrubuh, Jetis, Palemantung, dan Lanteng.
Setidaknya ada empat rumah milik warga yang terancam ambles. Salah satunya cukup parah karena jarak dengan bibir tebing tidak lebih dari satu meter.
Sementara, makam di Dusun Jetis juga terancam ambles karena berbatasan dengan tanah ambles selebar 25 meter. "Titik yang ambles sebenarnya sudah kerap terjadi setiap tahun ketika permukaan Sungai Oya naik," ujar Himawan Sadjati, Kepala Desa Selopamiro, Senin, 5 Desember 2016.
Baca Juga
Advertisement
Ia menilai arus sungai yang berkelok menjadi penyebabnya. Pemasangan tanggul pengaman di Jetis, tutur dia, kurang tepat karena miring. Menurut dia, tanggul pengaman seharusnya dipasang mengikuti arah gerak arus sungai.
Terpisah, Kepala Bidang Operasional dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Dinas Sumber Daya Air (SDA) Bantul Wagiyo mengakui hampir semua sungai yang melintasi Bantul dalam kondisi kritis. Sungai yang dimaksud antara lain Winongo, Code, Gajah Wong, Opak, Bedog, dan Oya.
Menurut dia, sungai kritis disebabkan penyempitan di bantaran sungai dan pendangkalan akibat menumpuknya sedimentasi. "Mutlak, perlu normalisasi," ucap Himawan.