Liputan6.com, Jakarta - Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian menilai kelompok teroris ISIS lebih kuat dibandingkan Al Qaeda. Sebab, kata dia, kelompok ISIS berisikan para mantan tentara Irak.
"Sehingga ISIS ini jauh lebih powerfull dari Al Qaeda. Al Qaeda secara militer amatiran, ISIS memang dia diawaki oleh pasukan-pasukan yang memang berlatar belakang militer dulunya," kata Tito ketika menjadi pembicara di seminar nasional BNPT tentang Antisipasi Perkembangan Ancaman Terorisme di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Selasa (6/12/2016).
Advertisement
Menurut dia, saat itu angkatan udara punya Saddam Husein dibubarkan oleh Amerika Serikat. Mereka inilah yang kemudian direkrut oleh ISIS.
"Mereka nganggur, begitu nganggur ya ada mainan dari Abu Bakar Al-Baghdadi (Pemimpin ISIS) tahun 2002," Tito menjelaskan.
Tak hanya itu, lanjut dia, ISIS mengajarkan ideologi takfiri. Ideologi ini menekankan penyatuan kepada Tuhan. Hanya saja, paham tersebut disalahgunakan oleh ISIS. Oleh karena itu, Tito mengatakan, serangan teror yang dilancarkan oleh ISIS berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Al Qaeda.
Ia mencontohkan serangan Al Qaeda hanya sebatas mengincar target yang berbau barat atau Amerika Serikat dan sekutunya. Sedangkan ISIS juga menargetkan serangan terhadap umat Muslim lain yang tidak sesuai dengan paham dan ideologi mereka.
"Kalau bid'ah itu perbuatan manusia maka dianggap haram oleh mereka. Bahkan Kabah pun mau dihancurkan, karena menurut mereka itu buatan manusia. Maka tidak heran dengan peristiwa bom di Cirebon, anggota Polres Cirebon, mereka sedang salat dibom bunuh diri. Tapi kalau bagi orang-orang yang enggak paham, itu aneh. Kok bisa orang Islam ngebom di Jumatan. Tapi bagi yang paham konsep ideologi mereka, sangat paham betul dan bisa dilakukan oleh kelompk takfiri," terang Tito.
Selain itu, Tito mengungkapkan, ISIS menyalahgunakan ajaran Nabi Muhammad SAW tentang hijrah. Akibatnya, banyak anggota ISIS yang berasal dari berbagai negara di seluruh dunia. Mereka, sambung dia, rela berangkat ke Suriah hanya untuk mengikuti paham dan ideologinya.
"Jadi kalau kita lihat sekarang ini ada yang berangkat-berangkat ke Suriah, mereka menganggapnya hijrah. Mereka seakan-akan kaum mujahid. Sementara yang di Suriah, mereka menganggapnya kami adalah kaum Anshor yang harus melindungi mujahid ini. Itu yang terjadi di seluruh dunia, akibatnya terjadilah terorist network. Terjadilah interaksi mereka membentuk jaringan teroris global," tutur Tito.