Nostalgia Jenaka Butet Kertaredjasa di Tamansiswa

Finlandia pun meniru sistem Tamansiswa.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 07 Des 2016, 07:00 WIB
Butet Kertaradjasa di Tamansiswa (Liputan6.com / Switzy Sabandar)

Liputan6.com, Yogyakarta - Seniman Butet Kertaradjasa masih menyimpan setumpuk kenangannya pada lembaga pendidikan Tamansiswa Yogyakarta. Putra dari seniman Bagong Kusudiharjo itu memang alumni Taman Dewasa Ibu Pawiyatan, salah satu sekolah menengah Tamansiswa di Yogyakarta.

Butet Kertaradjasa mengaku mengenal jalan kebudayaan sebagai salah satu jalan menuju visi kebangsaan saat bersekolah di Taman Dewasa.

"Kalau tidak sekolah di sini mungkin cuma tethek (nongkrong) di Pasar Beringharjo," ujar dia dalam Kongres XXI Persatuan Tamansiswa bertajuk "Revitalisasi Tamansiswa Menyukseskan Revolusi Mental, Menghasilkan Generasi Emas Indonesia yang Berpekerti Luhur" di Pendopo Tamansiswa, Yogyakarta, Selasa, 6 Desember 2016.

Di hadapan Gubenur DIY Sultan HB X, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, serta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Butet kerap melontarkan guyonan ketika menyampaikan pernyataannya.

Ia mengaku kalau ada Operasi Tangkap Tangan (OTT) KPK selalu mengecek, apakah pelaku merupakan alumni Tamansiswa atau bukan. "Saya cek tidak ada, dijamin lulusan Tamansiswa tidak ada yang korupsi, karena kesempatannya tidak ada," kelakar dia yang disambut tawa peserta kongres.

Menurut Butet, nilai-nilai pendidikan Tamansiswa harus diperkuat sebagai modal. "Masa kalah dengan Finlandia yang mengadopsi nilai Tamansiswa," tutur dia.

Budayawan Yogyakarta itu juga mengungkapkan kepintaran tidak berguna kalau hanya untuk memecah belah bangsa. Ia menambahkan apabila nilai Tamansiswa dikombinasikan dengan Muhammadiyah, bisa melahirkan masyarakat spiritualis yang bervisi kebangsaan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya