Liputan6.com, Jakarta Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengungkapkan, mata uang dolar Amerika Serikat (AS) bukanlah satu-satunya acuan bagi Indonesia. Pasalnya, transaksi perdagangan Indonesia tidak hanya mengacu pada mata uang negeri Paman Sam tersebut.
Enggar menjelaskan, ekspor Indonesia ke AS saat ini sekitar 10-11 persen. Dengan China, ekspor Indonesia mencapai 15 persen.
Advertisement
"Transaksi kita sudah langsung dengan mata uang renmimbi. Jadi kalau mata uang semata hanya dikaitkan hanya dengan dolar saja maka itu akan menjadi miss lead," kata dia dalam acara Sarasehan 100 Ekonom Indonesia di Jakarta, Selasa (6/12/2016).
Oleh karena itu, dia mengatakan perlunya kombinasi mata uang atau acuan untuk keperluan ekspor dan impor Indonesia.
"Jadi kita harus combine dalam suatu basket mengenai berbagai jenis mata uang dalam ekspor dan impor kita," kata dia.
Lebih lanjut, Enggar mengatakan kombinasi mata uang tersebut diperlukan supaya tidak ada perbedaaan perhitungan Freight on Board atau Free on Board (FOB) yakni kewajiban eksportir untuk membayar biaya pengiriman barang sampai pada pelabuhan dan Cost and Freight (CNF) atau biaya perjalanan barang di atas kapal sampai di pelabuhan.
"Satu lagi adalah catatan perbedaan perhitungan CNF dan FOB dalam impor dan ekspornya. Supaya apple to apple dalam menghitung," tandas dia.