10 Cara Meramal Nasib Paling Aneh di Dunia

Sejak dari awal sejarah, manusia mencari-cari tanda dan perlambang di dunia di sekitarnya yang diduga dapat mengurai rahasia nasib.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 06 Des 2016, 19:48 WIB
Seorang dukun dari kelompok Adyg Eeren (Roh Beruang) melakukan ritual mistis untuk mengusir roh-roh jahat di kediaman pelanggannya di Kota Kyzyl, Tuva, Siberia, Rusia, (3 /11). (REUTERS/Ilya Naymushin)

Liputan6.com, New York - Ada beraneka ragam cara manusia mencari tahu tentang ramalan, peruntungan dan mengungkap misteri masa depan.

Sejak dari awal sejarah, manusia mencari-cari tanda dan perlambang di dunia di sekitarnya yang diduga dapat mengurai rahasia nasib atau membantu menghindari masalah.

Dikutip dari Listverse pada Selasa (6/12/2016), berikut ini adalah 10 cara meramal yang cukup unik dan terasa janggal di masa kini:


10. Augury: Ramalan oleh Burung

(Sumber Jastrow)

Bangsa Romawi Kuno gemar menggunakan burung untuk meramal nasib. Berbagai kalangan masyarakat meramal nasib melalui pengamatan spesies, kicauan, dan pola terbang burung di udara.

Secara khusus, ayam dipergunakan untuk meramal hasil pertempuran. Pemuka agama menebar bulir-bulir di hadapan ayam-ayam yang mendapat perawatan khusus.

Semangat ayam-ayam untuk memakani bulir-bulir dianggap berhubungan dengan kemenangan pasukan Romawi pada hari itu.

Walau terdengar ganjil, ramalan itu benar untuk suatu pertempuran terkenal. Pada masa Perang Punik Pertama dengan Kartago, konsul Romawi bernama Publius Claudius Pulcher bertanggung jawab atas angkatan laut.

Ia mengamati ayam-ayam pada saat hari yang diduganya baik untuk menyerang armada Kartago. Ayam-ayam itu tidak semangat makan. Pulcher malah melempar ayam-ayam itu ke laut, katanya, "Kalau mereka tidak mau makan, silahkan minum air!"

Ia memerintahkan maju perang dan kalah. Pulcher ditarik ke Roma untuk diadili. Bukan karena kalah perang, melainkan karena membunuh ayam-ayam suci. Ia dihukum dengan pengucilan dan meninggal tidak lama kemudian.


9. Osteomancy: Ramalan Menggunakan Tulang Belulang

(Sumber Live Science)

Tulang belulang adalah salah satu perangkat ramalan yang paling lazim. Bangsa Zulu di Afrika menggunakan pola tebaran tulan untuk meramal peruntungan.

Pada masa China Purba, pertanyaan-pertanyaan diukirkan atau dilukiskan pada tulang belulang atau cangkang penyu yang kemudian dipanaskan hingga retak. Dukun kemudian meramalkan pola dan ukuran retakan untuk mendapatkan jawaban.

Penghuni awal Skotlandia menggunakan slinneanachd, yaitu rebusan tulang belikat hewan. Masalahnya, pertama-tama mereka harus membersihkan daging dari tulang tanpa menyentuhkan besi pada tulang.


8. Alphitomancy: Ramalan Menggunakan Roti

(Sumber thefreshloaf.com)

Pada masa purba, cara ramal ini populer untuk memecahkan kejahatan. Para tersangka dikumpulkan dan masing-masing diberi makan roti atau kue jelai yang sudah diberkati.

Bagi orang yang tak bersalah, kudapan itu tidak berbahaya. Tapi, bagi orang yang bersalah, ia akan sakit perut, kembung, atau tercekok. Bahkan orang yang menganggap rasa rotinya tidak enak juga dianggap bersalah.

Ada dugaan sebagian roti memang diracuni agar mereka yang 'diinginkan' sebagai pihak bersalah oleh hakim akan merasa mual.


7. Gastromancy: Ramalan Menurut Suara Lambung

(Sumber listverse.com)

Ramalan jenis ini mengandalkan "suara dan pertanda lambung". Suara pencernaan diduga merupakan suara arwah orang mati yang oleh dukun ditafsirakan sebagai pengalaman kesurupan.

Beberapa sarjana menduga dukun yang menterjemahkan suara--walau kadang curang--adalah pendahulu ventrilokis. Seorang penulis Renaissance bernama Dr. Francois Rabelais mencatat bahwa cara ini "cukup lama dipakai dalam Ferrara oleh Lady Giacoma Rodogina, seorang tenung wanita eugastrimythian."

Belakangan, gastromancy menjadi ramalan benda-benda bulat seperti perut, misalnya balon air atau bola kristal, yang masih dipakai hingga sekarang.


6. Margaritomancy: Ramalan Menggunakan Mutiara

(Sumber listverse.com)

Margaritomancy terdengar seperti ilmu kegelapan dalam semangkok margarita, tapi itu sebenarnya merupakan cara purba untuk peramalan berdasarkan pemanasan mutiara hinga bergetar.

Manusia purba menganggap mutiara sebagai sesuatu yang gaib karena menjadi perhiasan yang dihasilkan oleh mahluk hidup. Tapi, karena mahal, mungkin saja ramalan itu tidak terlalu sering dilakukan.

Salah satu cara yang lazim adalah dengan menempatkan mutiara dalam panci berisi air yang dijerang di atas api. Seorang dukun kemudian membacakan nama-nama orang yang diduga mencuri. Orang yang namanya disebut ketika mutiara mulai bergerak dianggap sebagai yang bersalah.

Ada bersi lain yang menyebutkan bahwa mutiara yang dipanaskan akan mulai bergetar kalau orang yang bersalah berada di dekatnya.


5. Anthropomancy: Ramalan dengan Korban Manusia

(Sumber Marie-Lan Nguyen)

Anthropomancy, atau antinopomancy, adalah salah satu bentuk peramalan yang paling keji.

Para pakar telah menemukan sejumlah bukti pengorbanan manusia dari seluruh penjuru dunia. Korban manusia kerap dipandang sebagai cara menyenangkan dewa-dewa, tapi bisa juga sebagai cara mencari jawaban dari para penguasa alam sana.

Praktik ini memang dikaitkan dengan dan kadang mencakup extispicy yang mengamati organ hewan dan manusia korban. Tapi, anthropomancy terutama lebih peduli dengan momen kematian korbannya. Ramalan dilakukan berdasarkan gelepar korban, jumlah dan kencangnya jeritan, arah muncratan darah, dan arah jatuhnya korban ke lantai.

Salah satu ramalan paling terkenal dalam sejarah Barat merupakan hasil dari praktik ini. Menurut penulis Romawi bernama Suetonius, dukun wanita bernama Spurionna melakukan anthropomancy sebelum memperingatkan Julius Caesar agar berhati-hati dengan Ides dari March.


4. Myomancy: Ramalan Menggunakan Tikus

(Sumber listverse.com)

Dalam banyak budaya purba, tikus adalah lambang kesialan dan bencana. Tikus jelas menjadi pertanda masalah dalam lumbung, tapi juga dipakai untuk meramalkan segala hal.

Myomancy dapati dilakukan berdasarkan gerakan tikus-tikus dalam suatu wilayah tertentu atau dengan suara mereka mencicit. Bencana ditandai oleh suara mencicit bernada tinggi oleh tikus kecil.

Ramalan cara ini juga dilakukan di kuil Romawi dan diduga dipakai untuk meramalkan perang sipil pertama Romawi. Diktator Fabius Maximus juga pensiun dini setelah suara mencicit seekor tikus meramalkan bencana baginya.


3. Dactylomancy: Ramalan Cincin Bertatah

(Sumber listverse.com)

Bayangan terutama seorang peramal adalah seorang yang mengenakan syal dengan perhiasan-perhiasan bergelantungan bisa benar adanya kalau dukun itu melakukan praktik ramalan ini.

Ada banyak versi dactylomancy. Salah satu bentuk populernya berasal dari Abad Pertengahan di Eropa. Perlu 7 untai cincin yang masing-masing terbuat dari bahan berbeda untuk melambangkan hari-hari dalam seminggu.

Tak jelas bagaimana caranya menggunakan cincin itu, tapi biasanya cincin yang tepat digulirkan atau digantung di atas meja dengan huruf-huruf alfabet. Huruf-huruf yang disentuh oleh cincin dianggap sebagai bagian dari pesan.

Di masa kini, dukun modern melakukan dactylomancy sederhana menggunakan cincin polos atau benda kecil yang digantungkan menggunakan benang. Jawaban didapat berdasarkan arah ayunan awal cincin tersebut.


2. Molybdomancy: Ramalan Menggunakan Logam Meleleh

(Sumber Micha L. Rieser)

Molybdomancy adalah bentuk ramalan yang pertama kali tercatat di kalangan Yunani dan Romawi Purba, tapi kemudian menyebar ke Jerman dan negara-negara Nordik melalui invasi.

Logam mudah cair semisal timah dicairkan di atas api sebelum dituangkan ke dalam air dingin. Logam itu segera mengeras menjadi bentuk-bentuk aneh yang kemudian ditafsirkan.

Praktik ini masih menjadi bagian tradisi Tahun Baru di Finlandia. Tiap anggota keluarga mendapat sepotong kecil timah berbentuk tapal kuda yang kemudian dilelehkan.

Lelehan dan bentukan setelah dingin didekatkan kepada nyala lilin dan bayangan yang timbul dipakai sebagai ramalan tentang apa yang akan terjadi kepada pemiliknya pada tahun mendatang.


1. Scatomancy: Ramalan Menggunakan Tinja

(Sumber listverse.com)

Para peramal dan dukun dari berbagai budaya purba diketahui meramalkan peruntungan seseorang dengan melihat tinja orang itu.

Bangsa Mesir Kuno bukan hanya mengamati tinja, tapi juga perilaku kumbang tinja yang menggulung tinja menjadi bola-bola sebagai bagian dari perjodohan mereka. Kecepatan dan gerakan kumbang, dan jejak yang ditimbulkan oleh gelundungan tinja menjadi bagian dari ramalan akhir.

Pengamatan tinja untuk mendapatkan pengetahuan rahasia mungkin bukan hal yang terlalu jauh di masa lalu.

Dokter masa kini masih melakukan scatology guna memeriksa sampel tinja untuk mempelajari kesehatan pasien.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya