Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo menyoroti terus turunnya industri tekstil dan produk tekstil dalam negeri. Daya saing baik di dalam maupun luar negeri juga tak kunjung membaik.
Jokowi menilai, industri tekstil dan produksi tekstil (TPT) sebenarnya dapat menyerap banyak sumber daya manusia. Terlebih industri ini bisa menciptakan lapangan kerja baru di sektor distribusi dan perdagangan. Hal ini ditandai dengan maraknya sentra fashion seperti kawasan Tanah Abang.
Advertisement
"Namun saya mendapat informasi industri tekstil dan produk tekstil kita terus mengalami penurunan ekspor TPT dari bulan Januari sampai Oktober 2016 turun 4,3 persen dibanding periode yang sama 2015. Penurunan itu sejalan dengan pangsa ekspor TPT Indonesia di dunia yang terus menurun. Dari 2,13 persen di tahun 2001 menjadi 1,56 persen di tahun 2015. Kita masih kalah dibanding Vietnam dan Bangladesh yang menguasai 3,62 persen dan 4,05 persen pangsa pasar TPT di dunia," jelas Jokowi saat memimpin rapat terbatas di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (6/13/2016).
Hal ini diperburuk dengan daya saing produk Indonesia yang juga kalah di negeri sendiri. Serbuan barang impor ditambah maraknya barang ilegal dengan berbagai modus membuat produk dalam negeri terus tertekan bahkan di negeri sendiri.
"Untuk itu saya minta kementerian terkait untuk melakukan langkah-langkah terobosan untuk menyelesaikan masalah yang ada di industri TPT kita," imbuh Jokowi.
Jokowi ingin ada langkah cepat mulai dari kebijakan dalam negeri yang mendukung usaha industri TPT agar lebih kompetitif. Kebijakan penentuan harga gas juga harus segera dibuat karena sangat berperan di sektor hulu industri TPT.
"Jika dibandingkan dengan negara negara industri di asia di Jepang, China, Korea Selatan mengawali revitalisasi menuju industri dengan mengembangkan manufaktur tekstil dan produk tekstil TPT," ujar Jokowi.
Selain itu prosedur importasi bahan baku produksi yang berorienyasi ekspor juga harus dipermudah. Sehingga kegiatan usaha TPT lebih sederhana.
"Terkait dengan pasar global kita masih kalah dengan Vietnam di pasar Eropa dan Amerika karena kita masih dikenakan tarif 5-20 persen sedangkan Vietnam 0 persen. Untuk itu saya minta terobosan negosiasi perdagangan dengan negara negara tujuan ekspor termasuk keterlibatan kita dalam kerja sama perdagangan di berbagai kawasan," tutur Jokowi.
Untuk mencegah masuknya barang-barang ilegal, Jokowi meminta Bakamla, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, Dirjen Bea Cukai, dan Kepolisian untuk meningkaatkan sinergi. Sehingga barang ilegal tidak terus menekan produksi dalam negeri.
"Dan saya kira permasalahan ini sudah jelas tinggal bagaimana langkah langkah pencegahan dan pemberantasannya di lapangan," pungkas Jokowi.