Profesi Paling Dipercaya dan Profesi Paling Tidak Dipercaya

Serta profesi yang membuat tenaga pekerjanya dapat dicap sebagai orang yang jujur dan etis.

oleh Azwar Anas diperbarui 06 Des 2016, 19:00 WIB
Karena ponsel menjadi kebutuhan utama yang tidak hanya untuk berkomunikasi melainkan juga sebagai perangkat kerja

Liputan6.com, Jakarta Di penghujung 2016, Ipsos MORI merilis data penelitian mengenai profesi-porfesi paling dipercaya di muka bumi. Indikatornya ditunjukkan dengan angka persentase. Semakin besar persentasenya semakin tinggi tingkat kepercayaan profesi tersebut. Sebaliknya, semakin kecil persentase semakin rendah tingkat kepercayaannya.



Hasilnya, perawat (nurse) menduduki posisi teratas dari seluruh profesi paling umum di dunia. Berada posisi tengah adalah pengacara. Sementara yang mengantongi tingkat kepercayaan terendah adalah pekerja media, atau selanjutnya kita sebut jurnalis, hanya satu tingkat dari sales mobil dan politikus, dalam hal memperoleh kepercayaan.

Survey dari Ipsos MORI


Tingkat kepercayaan itu, nantinya akan berbanding lurus pada seberapa besar tenaga profesi itu bisa mempengaruhi orang. Serta profesi yang membuat tenaga pekerjanya dapat dicap sebagai orang yang jujur dan etis.

Penulis cum Peneliti dari The College of St. Scholastica, Jess Scherman mengatakan, pasien mempunyai tingkat kepercayaan yang sangat tinggi kepada perawat. Sehingga membuat profesi perawat mengantongi 93% kepercayaan.

"Orang-orang menggantungkan sisa hidupnya kepada perawat. Mereka menaruh harapan yang besar," ujar Jess.

Sejurus dengan itu, Canada Digest Magazine menggarisbawahi, tingkat kepercayaan pada suatu profesi, berbanding lurus dengan keterkaitan nyawa orang lain.

Bebebrapa survey di Canada misalnya, menempatkan pemadam kebakaran sebagai profesi paling dipercaya. Menysul urutan yang masuk lima besar berikutnya, yakni perawat, apoteker, dokter, lalu guru.


selanjutnya

Sementara yang menjadi ironi, tingkat kepercayaan yang cukup rendah disematkan kepada penyampai informasi alias orang-orang yang bekerja di media. Ipsos MORI hanya mengantongi data sebanyak 24% untuk jurnalis. Menurun drastis dari yang semula 37% sesuai hasil polling yang dilakukan Gallup.

Hal itu dipengaruhi oleh maraknya berita  hoax yang bertebaran di social media saat ini. Juga parahnya, berita dusta yang punya kemampuan menyebar sangat cepat bagai cahaya. Kepercayaan warga terhadap profesi jurnalis setiap tahun berangsur menurun.

Jurnalis Profesional yang laporannya kerap menghiasi CNN, Forbes, Kotaku, PBS, The Daily Out, dan ReadWrite, Lauren Orsini mengatakan, profesi jurnalis menjadi yang terburuk karena pola pikir bad news is good news masih melekat.

"Iya, laporan tentang itu memang menarik. Karena orang akan cenderung melihat kesalahan orang lain," ujarnya.

Selain berita kebohongan yang ditulis oleh media abal-abal namun teroganisir, profesi jurnalis mendapat cap tidak etis lantaran dianggap menerabas ranah privasi orang lain. Jurnalis yang mendapat gelar master dari American University itu menilai, terkadang media tidak peduli apakah berita itu untuk kepentingan umum atau malah pribadi.

Ketua Eksekutif dari perusahaan riset lokal, Gary Morgan menganggap profesi jurnalis, kendati berada di wilayah abu-abu namun tak seburuk politikus. Profesi ini berada di level paling bawah dalam hal mendapat kepercayaan masyarakat.

"Soal etika dan kejujuran menyusul serangkain skandal yang kerap terjadi, profesi ini menduduki level terbawah," ujarnya.

(War)



**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini.


**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya