Pembahasan Kerja Sama Ekonomi RI-Australia Bakal Selesai 2017

Ekspor Indonesia ke Australia pada Januari-September 2016 tercatat sebesar US$ 2,54 miliar atau turun 12,09 persen.

oleh Septian Deny diperbarui 07 Des 2016, 10:32 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menggelar pertemuan dengan Menteri Perdagangan, Pariwisata, dan Investasi Australia, Steven Ciobo di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta pada Selasa 6 Desember kemarin. Kedua menteri membahas beberapa isu strategis terutama menyangkut peningkatan hubungan ekonomi kedua negara.

Enggar‎ mengungkapkan, dalam pertemuan tersebut, dibicarakan kelanjutan rencana kerja sama bilateral Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA), kebijakan impor, serta berbagai pembahasan di tingkat sektoral seperti pengembangan sapi Indonesia.

“Kedua negara menyambut baik kemajuan signifikan yang telah disepakati pada perundingan putaran ke-5 IA-CEPA yang dilaksanakan pada 31 Oktober-4 November 2016 di Bandung. Kedua menteri menyambut baik perkembangan kerja sama dalam bentuk early outcomes yang disepakati pada perundingan tersebut,” ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (7/12/2016).

Perkembangan kerja sama dalam bentuk early outcomes tersebut antara lain skills development exchange, financial services, vocational education and training, food innovation center, fashion and jewelry design, herbal and spa products, food and drug standard and controls, dan standard mapping.

Diharapkan early outcomes dalam kerangka IA-CEPA ini dapat diselesaikan sehingga segera dapat dirasakan manfaatnya oleh pelaku usaha maupun masyarakat,” kata dia.

Enggar menegaskan, Indonesia dan Australia mengharapkan perundingan dapat diselesaikan sesuai target waktu yang telah disepakati, yaitu pada 2017. Selain itu, kedua negara sepakat mendorong perjanjian perdagangan dan ekonomi ini agar saling menguntungkan dan beyond on traditional FTA.

Selain itu, kedua menteri tersebut juga membahas kebijakan terkait impor sapi di Indonesia guna mendukung program pengembangbiakan sapi. “Pemerintah Australia telah menawarkan kerja sama berbagi pengalaman dalam bidang peternakan serta penjajakan investasi di Indonesia,” jelas Enggar.

Enggar optimistis program pengembangbiakan sapi melalui mekanisme rasio impor 1:5 atau 1:10 yang dilakukan importir maupun koperasi ternak Indonesia dapat mendukung stabilitas pasokan dan penurunan harga daging sapi di tingkat konsumen dalam negeri. Nantinya, diharapkan kelanjutan program ini dapat dimanfaatkan untuk kerja sama ekspor daging halal ke negara ketiga.

Sebagai informasi, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai total perdagangan bilateral Indonesia dan Australia pada 2015 mencapai US$ 8,51 miliar. Neraca perdagangan Indonesia-Australia pada 2015 mengalami defisit bagi Indonesia sebesar US$ 1,1 miliar.

Ekspor Indonesia ke Australia pada Januari-September 2016 tercatat sebesar US$ 2,54 miliar atau turun 12,09 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya yang senilai US$ 2,89 miliar. Sementara itu, impor Indonesia dari Australia pada Januari-September 2016 mencapai nilai US$ 3,72 miliar, naik 3,08 persen dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya yang senilai US$ 3,61 miliar.

Komoditas ekspor andalan Indonesia ke Australia antara lain adalah other tubes & pipes; wood; tubes, pipes and hollow profiles; reception app. for television; dan tyres. Sedangkan, komoditas imporutama Indonesia dari Australia antara lain adalah wheat & meslin; live bovine animals; cane; coal; dan iron ores. (Dny/Gdn)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya