Liputan6.com, Jakarta Kecanduan game online seperti Clash of Clans (COC) banyak dialami anak-anak maupun remaja masa kini. Saking asyiknya, mereka jadi lupa waktu, sehingga cenderung mengalami penurunan prestasi di bidang akademik.
Nilai-nilai menurun karena anak yang kecanduan game online sering menggunakan waktu belajar untuk bermain. Sebelum tidur pun mata mereka masih menatap layar ponser atau komputer. Tidur tidak tepat waktu, kualitas tidur menurun, nilai-nilai di sekolah ikut menurun.
Advertisement
"Aktivitas menonton layar (screen time) itu menekan melatonin, hormon yang mengatur jam tidur seseorang. Sehingga anak jadi cenderung terjaga di malam hari," kata Pengajar Social and Emotional Thinking (SET) di Australia Independent School (AIS) Jakarta, Linzy Band pada Rabu (7/12/2016).
Menurut Linzy, anak yang kecanduan game online sering menaruh ponsel di samping tempat tidur. Alhasil bunyi notifikasi bisa membuat anak sering terbangun. Kondisi semacam ini tentu saja membuat kualitas tidur anak jadi kurang baik.
"Padahal bagi pelajar, penting sekali untuk memiliki kualitas tidur yang baik. Pada saat tidur ada proses mengolah informasi diingat jangka panjang," kata Linzy.
Orangtua sebagai sosok yang dekat dengan anak, sebaiknya memahami gejala anak-anak kecanduan game online. Sebelum kondisi semakin parah, Linzy mengatakan, perlu melakukan langkah untuk mengurangi kecanduan game online pada anak.
Wanita yang juga menjadi pembicara SET di Inggris ini mengungkapkan beberapa caranya, yakni:
- Tunjukkan ketertarikan pada kegiatan si anak, contohnya dengan mencoba memahami daya tarik games online yang dimainkan anak.
- Batasi akses internet dengan sehat, salah satunya mematikan WIFI pada jam tertentu
- Terapkan aturan kepada semua anggota keluarga untuk tidak menggunakan gawai pada jam tertentu, seperti saat makan, atau waktu keluarga.
- Terapkan peraturan “matikan semua layar, termasuk TV, 30 menit sebelum tidur”
- Sampaikan ke pihak sekolah untuk membantu mendukung pembatasan penggunan game online.
Di AIS sendiri memiliki Social and Emotional Thinking yakni keseimbangan emosi dan sosial siswa, salah satunya mengenai kecanduan internet.