Kaleidoskop 2016: Sengatan Testimoni Freddy Budiman

Jelang eksekusi mati, Freddy Budiman sang gembong narkoba curhat kepada Koordinator Kontras Haris Azhar. Testimoni menyengat 3 instansi.

oleh Devira PrastiwiOscar FerriPutu Merta Surya PutraAudrey Santoso diperbarui 28 Des 2016, 09:03 WIB
Ini deretan pelanggaran Freddy Budiman (Liputan6.com/Tri Yasni)

Liputan6.com, Jakarta Testimoni 'Cerita Busuk dari Seorang Bandit' bikin geger. Cerita itu berisi tentang percakapan antara terpidana mati kasus narkoba Freddy Budiman dengan koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) Haris Azhar.

Dalam tulisan yang diunggah ke media sosial, Freddy diceritakan mengaku kepada Haris jika dirinya telah memberikan uang ratusan miliar rupiah kepada penegak hukum di Indonesia. Duit digelontorkan untuk melancarkan bisnis haramnya di Tanah Air.

"Dalam hitungan saya selama beberapa tahun kerja menyelundupkan narkoba, saya sudah memberi uang Rp 450 miliar ke BNN. Saya sudah kasih Rp 90 miliar ke pejabat tertentu di Mabes Polri. Bahkan saya menggunakan fasilitas mobil TNI bintang dua," kata Freddy yang ditulis Haris Azhar dalam laman Facebook Kontras.

Koordinator KontraS Haris Azhar memberi keterangan kepada wartawan seusai menjadi pembicara dalam diskusi

Haris mengaku tulisan itu dibuat olehnya. Testimoni Freddy didapat pada 2014. Kala itu, masa kampanye Pilpres, Haris diajak organisasi gereja yang bertugas melayani kerohaniaan napi lapas Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah. Di momen itulah sang gembong narkoba mencurahkan isi hatinya kepada Haris Azhar.

Pertemuan Freddy dengan Haris berlangsung menjelang siang, di sebuah ruangan yang diawasi Kepala Lapas Nusakambangan Liberty Sitinjak, dua pelayan gereja, dan John Kei. Freddy Budiman bercerita hampir 2 jam, tentang apa yang dialami dan kejahatan apa yang dilakukan.

"Tulisan tersebut saya bikin dan susun baru pada hari Senin (24 Juli 2016). Tulisan saya susun berdasarkan informasi yang saya dapat di tahun 2014," ujar Haris Azhar di kantor Kontras, Jakarta, 29 Juli 2016 lalu.

Banyak hal yang diungkapkan Freddy Budiman. Di antaranya dalam tulisan Haris Azhar itu, menurut Freddy, para polisi menunjukkan sikap main di berbagai kaki. Ketika saya bawa itu barang, saya ditangkap. Ketika saya ditangkap, barang saya disita. Tapi dari informan saya, bahan dari sitaan itu juga dijual bebas, saya jadi dipertanyakan oleh Bos saya (yang di Cina). Katanya udah deal sama polisi, tapi kenapa lo ditangkap? Udah gitu kalau ditangkap kenapa barangnya beredar? Ini yang main polisi atau lo?’”

Freddy Budiman (BIMA SAKTI / AFP)

Menurut Freddy, “Saya tau pak, setiap pabrik yang bikin narkoba, punya ciri masing-masing, mulai bentuk, warna, rasa. Jadi kalau barang saya dijual, saya tahu, dan itu temukan oleh jaringan saya di lapangan.” Si Fredi melanjutkan lagi, “Dan kenapa hanya saya yang dibongkar? Kemana orang-orang itu. Dalam hitungan saya selama beberapa tahun kerja menyeludupkan narkoba, saya sudah memberi uang 450 Miliar ke BNN. Saya sudah kasih 90 Milyar ke pejabat tertentu di Mabes Polri. Bahkan saya menggunakan fasilitas mobil TNI bintang 2, di mana si jendral duduk di samping saya ketika saya menyetir mobil tersebut dari Medan sampai Jakarta dengan kondisi di bagian belakang penuh barang narkoba. Perjalanan saya aman tanpa gangguan apapun.”

Saya prihatin dengan pejabat yang seperti ini. Ketika saya ditangkap, saya diminta untuk mengaku dan menceritakan dimana dan siapa bandarnya, saya bilang, investor saya anak salah satu pejabat tinggi di Korea (saya kurang paham, korut apa korsel- HA), saya siap nunjukkin dimana pabriknya, dan saya pun berangkat dengan petugas BNN (tidak jelas satu atau dua orang). Kami pergi ke Cina sampai ke depan pabriknya. Lalu saya bilang kepada petugas BNN, mau ngapain lagi sekarang? Dan akhirnya mereka tidak tahu, sehingga kami pun kembali.


Menyengat Institusi

Koordinator Kontras Haris Azhar bertemu Kadiv Humas Polri, Irjen Boy Rafli Amar di Jakarta.

Isi testimoni bandar gembong narkoba itu menyengat institusi hukum, yaitu Polri, TNI, dan BNN. Terlebih, curahan hatinya diunggah Haris Azhar ke media sosial setelah Freddy Budiman dieksekusi mati di Pulau Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah, Jumat 29 Juli 2016 dini hari.

Atas hal itu, Haris Azhar dilaporkan ke Badan Reserse Kriminal Polri, 3 Agustus 2016, atas pencemaran nama baik dan penyebaran informasi elektronik (ITE). Laporan dilayangkan setelah divisi hukum BNN, TNI, dan Polri menggelar pertemuan membahas testimoni Freddy Budiman, Selasa 2 Agustus 2016.

"Diputuskan, untuk melaporkan yang bersangkutan (Haris Azhar) atas tuduhan pencemaran nama baik dan ITE," kata Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Polisi Boy Rafli Amar.

Dia dilaporkan terkait testimoni terpidana mati Freddy Budiman yang menyinggung institusi Polri, BNN dan TNI.

Kadiv Humas Polri Irjen Pol Boy Rafli Amar memberi keterangan bersama Koordinator Kontras Haris Azhar, Jakarta, Rabu (10/8). Boy mengatakan penyelidikan dugaan pencemaran nama baik terhadap Haris Azhar dihentikan sementara (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Boy menegaskan, keputusan melaporkan Haris Azhar atas pencemaran nama baik dan ITE itu dilakukan setelah Polri melakukan penyelidikan. Di antaranya menelusuri konten dalam testimoni Freddy Budiman, dan mengonfirmasi langsung pleidoi Freddy Budiman ke Pengadilan Negeri Jakarta Barat.

"Dari hasil penyelidikan tidak ada itu nama-nama yang disebut dalam pledoinya. Pledoinya itu setebal 20 halaman," ujar Boy.

Polri menduga ada kepentingan pribadi Haris menyebarluaskan pengakuan Freddy Budiman itu. Dugaan ini muncul karena Haris mengaku informasi tersebut didapat dari Freddy pada 2014. Polri mempertanyakan alasan Haris tak segera melaporkan ke institusi terkait dengan testimoni sang gembong tersebut.

"Tentu kita melihat apabila diterima percakapan pak Haris dari 2014, kan bisa dilaporkan ke kita. Apalagi setelah dua tahun tak disampaikan ke institusi kita untuk diusut. Tetapi disebarluaskan ke medsos," ujar Kadiv Humas Polri Inspektur Jenderal Boy Rafli Amar di Yogyakarta, 6 Agustus 2016.

"Dalam konteks disebarluaskan ke masyarakat, ada tujuan-tujuan lain, yang sebenarnya apabila disampaikan kepada kita dari awal, itu lebih baik. Bisa diusut dengan tuntas," Boy menambahkan.

Kadiv Humas Polri Irjen Pol Boy Rafli Amar dan Koordinator Kontras Haris Azhar usai memberi keterangan, Jakarta, Rabu (10/8). Boy mengatakan penyelidikan dugaan pencemaran nama baik terhadap Haris dihentikan sementara. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Boy menyesalkan pernyataan Haris terkait dugaan aliran Rp 90 miliar dari Freddy ke aparat Kepolisian. Tentu hal itu membuat masyarakat curiga kepada pejabat Polri. Padahal, berita tersebut belum dikonfirmasi kebenarannya.

"Antara lain di Polri disebutkan adanya pejabat Mabes Polri. Pejabat kan banyak. Tentunya kita perlu tahu siapa, yang mana, di mana, yang katanya diberi Rp 90 miliar itu kapan," sebut Boy.


Haris Sambangi BNN

Kepala BNN Komjen Pol Budi Waseso.

Sementara itu, Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Pol Budi Waseso atau Buwas mengundang Koordinator KontraS Haris Azhar untuk datang ke Kantor BNN. Kehadiran untuk membicarakan dan membahas kelanjutan informasi, terkait testimoni Freddy Budiman.

"Yang jelas silaturahim dan berkaitan dengan kelanjutan keterangan beliau (Haris Azhar) tentang informasi testimoni Freddy Budiman," tutur Buwas di Kantor BNN, Jalan MT Haryono, Cawang, Jakarta Timur, Selasa 23 Agutus 2016.

Kepala BNN Komjen Budi Waseso memberikan keterangan mengenai pemanggilan Liberty Sitinjak, Jakarta, Senin (8/8). BNN memanggil Liberty Sitinjak untuk mengusut testimoni Freddy Budiman yang diungkap Haris Azhar. (Liputan6.com/Yoppy Renato)

Buwas mengaku, pihaknya memang membutuhkan bantuan Haris terkait curahan hati Freddy yang hingga kini masih ditelusuri kebenarannya. Terlebih, adanya dugaan keterkaitan dan keterlibatan aparat TNI dan Polri, yang menerima dana dari hasil transaksi narkoba.

"Kita perlu juga bantuan Pak Haris memberikan informasi dan dia juga akan menindaklanjuti dari beberapa kita butuhkan. Sehingga kita ingin ini terungkap dengan gamblang dan benar," jelas dia.

Dia menerangkan, hingga kini pihaknya tidak mau terburu-buru menentukan nama-nama yang terlibat, karena belum ada fakta yang kuat. "Informasi saja belum kuat. Menyebut nama-nama boleh saja. Kalau terbukti kita tindak lanjuti," lanjut Buwas.

Mantan kepala Lapas Nusakambangan, Liberty Sitinjak, yang disebutkan Haris Azhar dalam akun Facebook-nya juga akan dipanggil BNN.

Jenderal polisi bintang tiga itu menyatakan, BNN terus bekerja sama dengan TNI dan Polri untuk mengungkap kebenaran testimoni Freddy Budiman. Saat ini pihaknya sudah menelusuri sejumlah saksi terkait cuitan terpidana yang sudah dieksekusi mati itu dan meminta kesediaannya memberikan keterangan.

"Kita masih terus bekerja, masih berjalan. Tim sedang membuat surat ke beberapa saksi yang memiliki alat bukti, salah satunya ada di Kanada. Dan ini kita imbau surati untuk bisa hadir. Yang bersangkutan siap, kapan waktunya nanti kita informasikan," Buwas memungkas.


Terima Kasih Haris

Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan, Haris Azhar (Liputan6.com/Johan Tallo)

Koordinator Kontras Haris Azhar meminta tiga institusi yang disebut dalam testimoni mendiang Freddy Budiman tidak tersinggung. Menurut Haris, sebaiknya testimoni itu jadi pembelajaran dan pembenahan internal.

"Buat prajurit, TNI, Polri, dan BNN, tidak perlu merasa marah. Informasi ini bisa dijadikan pembelajaran," kata Haris saat memberikan keterangan persnya di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu 10 Agustus 2016.

Haris beralasan, testimoni Freddy yang ia tulis dan sampaikan ke publik bukan semata-mata untuk menjelek-jelekan ketiga institusi itu. Melainkan untuk mengajak publik agar sama-sama mengawasi.

"Jadi bukan menyalahi institusinya. Jadi si pengemban jabatan-jabatan tertentu, menyalahi mandat dan sumpah jabatannya. Sama-sama ayo kita kasih perhatian kepada tiga institusi ini," ucap Haris.

Joko Widodo merupakan Presiden ke-7 Indonesia yang memenangi Pemilihan Presiden bersama wakilnya Jusuf Kalla pada 2014

Dia juga mengucapkan terima kasih kepada Presiden Joko Widodo atas respons terhadap curhatan Freddy. Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Kepala BNN Komisaris Jenderal Budi Waseso atau Buwas, karena proaktif terhadap pernyataan Haris. Saat itu Buwas langsung menghadap Jokowi, setelah membaca curhatan Freddy yang ditulis Haris itu.

"Kami berterima kasih kepada Pak Jokowi yang sudah beri statement dan juga sudah bertemu Pak Budi Waseso," ujar Haris di sela aksi 'Lawan Gelap' di depan Istana Merdeka, Jakarta, Jumat 5 Agustus 2016 malam.

Haris Azhar berorasi saat melakukan aksi solidaritas #MelawanGelap di Jakarta, Jumat (5/8). Haris Azhar telah mengungkap testimoni bandar narkoba Freddy Budiman mengenai dugaan keterlibatan oknum-oknum TNI, Polri dan BNN. (Liputan6.com/Gempur M Surya)

Tak hanya sampai di situ, Haris ‎menaruh harapan besar agar pemerintah serius menanggapi curhatan Freddy. Ia ingin pemerintah bersama masyarakat memberantas narkoba hingga akar-akarnya, termasuk dugaan keterlibatan penguasa.

"Tapi menurut saya, itu masih bisa dikembangkan untuk bangun konsolidasi yang lebih kuat supaya sungguh-sungguh memberantas mafia narkoba itu," kata dia.

Haris mengklaim, pihaknya kini tengah menyiapkan bukti-bukti agar apa yang disampaikan Freddy soal keterlibatan penguasa dalam peredaran narkoba, bukan hanya omong kosong belaka. Dia ingin mafia-mafia narkoba yang ada di pemerintahan dimusnahkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya