Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) menguat diikuti harga obligasi seiring pelaku pasar bersiap terhadap rencana bank sentral Eropa untuk melanjutkan pembelian obligasi.
Sentimen pertemuan bank sentral Eropa turut mendorong euro menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Harga obligasi atau surat utang juga naik diikuti pembelian surat berharga bertenor 10 tahun usai data global mengecewakan sehingga membuat imbal hasil rendah.
"Ada peluang pasar obligasi reli seiring adanya kepastian. Pelaku pasar juga masuk jangka pendek jelang hasil pertemuan bank sentral Eropa besok. Dengan suku bunga rendah dapat mendorong ekonomi tetap tumbuh dan baik untuk saham," ujar Brian Battle, Direktur Performance Trust Capital Partners seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (8/12/2016).
Sektor saham telekomunikasi di indeks saham S&P 500 menjadi pendorong indeks saham di bursa saham AS. Sedangkan sektor saham perawatan kesehatan menekan laju indeks saham seiring presiden terpilih Donald Trump akan memangkas harga obat.
Baca Juga
Advertisement
Pada perdagangan saham Rabu (Kamis pagi WIB), indeks saham Dow Jones melemah 265,777 poin atau 1,38 persen ke level 19.517,55. Indeks saham S&P 500 merosot 23,71 poin atau 1,07 persen ke level 2.235,94. Indeks saham Nasdaq susut 55,52 poin atau 1,04 persen ke level 5.388,53.
Di pasar komoditas, harga minyak Brent tertekan 85 sen menjadi US$ 53,10 per barel. Harga minyak Amerika Serikat merosot US$ 1,07 menjadi US$ 49,07 per barel.
Bursa Eropa juga alami penguatan dengan indeks saham Stoxx 600 naik 0,9 persen. Sementara itu, indeks saham Italia menguat dua persen. Saham Monte dei Paschi, bank tertua di Italia naik 10,8 persen.
Di pasar uang, euro naik 0,4 persen menjadi US$ 1.076. Sedangkan indeks dolar AS merosot 0,3 persen terhadap sejumlah mata uang utama. Imbal hasil surat berharga 10 tahun merosot empat persen menjadi 2,354.