Liputan6.com, Wellington - Seorang warga Selandia Baru keturunan Asia kaget dengan penolakan perpanjangan paspor elektronik gara-gara matanya. Sistem tersebut mengirim pesan 'error' menyebut mata dari Richard Lee tertutup. Padahal jelas-jelas matanya terbuka.
Kendati demikian, Lee tak merasa mendapat perlakukan rasialis.
"Itu kan cuma (penilaian) robot. Aku tak masalah," kata Lee seperti dikutip dari BBC, Kamis (8/12/2016).
Disck Jockey sekaligus mahasiswa teknik angkasa luar di Melbourne, Australia itu mengatakan ia mendaftar foto paspor via online yang disediakan Departemen Dalam Negeri Selandia Baru.
"Saya tidak merasa tersinggung, karena saya selalu punya mata yang kecil dan teknologi pengenal wajah itu relatif baru dan belum canggih," ujar pemuda 22 tahun itu.
Lee lahir di Taiwan tapi kemudian pindah ke Selandia Baru dan jadi warga Negeri Kiwi. Ia melanjutkan kuliahnya di Melbourne Australia.
Saat itu ia berada di Selandia Baru memperpanjang paspornya agar ia bisa kembali ke Australia setelah Nattal.
Setelah mengontak departemen terkait, pihak otoritas mengatakan terlalu banyak bayangan di matanya. Akhirnya foto Lee yang lain berhasil dikenali dan proses perpanjangan paspornya pun berjalan lancar.
Juru bicara departemen itu mengatakan, lebih dari 20 persen foto paspor yang didaftarkan secara online ditolak. Hal itu biasanya terjadi karena mata si pendaftar tertutup.
"Namun, untuk kasus ini jelas ada masalah dengan sistem," kata jubir itu.
Advertisement