Liputan6.com, Kanada - Hidup Sandy Duperval awalnya berjalan dengan indah dan menyenangkan. Karier menyanyi gadis dari Toronto, Kanada, itu juga tengah berada di puncaknya. Namun, sebuah hal terjadi pada tubuhnya hingga ia harus mengubur dalam-dalam impiannya.
Baca Juga
Advertisement
Perempuan berusia 34 tahun itu memperlihatkan kondisi dirinya saat ini yang mengalami Toxic Epidermal Toksik (TENS) hingga mengubah tubuh dan hidupnya.
Dilansir Metro, Kamis (8/12/2016), seluruh kulit pada tubuh Sandy terbakar hingga luka-luka karena sebuah kondisi langka. Saat ini ia tengah berusaha melakukan pemulihan penuh. Namun, dia butuh lima tahun agar kesehatannya kembali normal.
"Karier saya akan sangat baik dan cukup tinggi mimpi yang akan saya capai. Tapi, tiba-tiba seluruh hidup saya berubah dalam semalam," ucap Sandy.
Kondisinya tersebut membuatnya frustasi, hingga ia enggan keluar rumah dan bertemu orang-orang.
"Saya takut untuk meninggalkan rumah karena saya memikirkan apa yang akan orang katakan kepada saya yang mengalami PTSD atau gangguan stres," katanya.
Kisah Malang Sandy
Kisah malang Sandy bermula ketika pada Desember 2009. Sebelum ia melakukan tur di Maroko, dia mendapatkan resep antibiotik sulfamethoxazole dan trimethoprim dari dokter untuk ia konsumsi selama 10 hari.
Tak disangka, antibiotik itu memiliki reaksi yang menyebabkan ruam dan ulkus pada kulit dan mulutnya hingga ia harus dibawa ke rumah sakit.
Setelah beberapa jam berlalu, ia mengatakan jika kulitnya "menggelegak." Dokter yang menanganinya percaya jika ia memiliki herpes. Namun, keluarga Sandy tak percaya dan membawanya ke spesialis lain.
"Saat itu saya setengah sadar karena mereka memberi saya kodein dan morfin untuk nyeri dan saya tidak tahu seberapa buruk itu," ujar Sandy saat menceritakan kondisinya.
Setelah mendapat intubasi trakea, Sandy mengalami koma selama tiga hari. Setelah itu, lebih dari 90 persen dari tubuhnya terbakar dan dia harus kehilangan kulit di bibir, tangan dan kakinya. Kuku tangan dan kakinya juga copot hingga mulutnya terus berdarah.
Ketika ia melihat wajahnya di cermin, dia terkejut dan menangis tanpa henti.
"Memang hal yang sulit untuk kembali pulih, tapi saya sangat bersyukur karena hidup itu membantu saya melalui proses. Meski hidup dengan kecemasan, saya menjaga pikiran positif dan menahan emosi saya. Kini saya sedang berjuang," tutupnya.
(ul)
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6
Advertisement