Liputan6.com, Cirebon - Yusuf Maulana, bocah yang masih berusia 16 bulan itu selalu menangis ketika ada orang yang tidak dikenal datang untuk menjenguk dan memberi motivasi kesembuhannya.
Tangisan bocah yang diduga menderita tumor ganas itu lantaran trauma menjalani prosedur medis, tetapi belum memberikan kesembuhan pada dirinya.
Yusuf merupakan anak pertama dari pasangan Kawiri (28) dan Rohimah (26) yang diperkirakan menderita tumor ganas dan kelenjar getah bening. Ayah Yusuf seorang pemulung, dan sang ibu yang merupakan warga Desa Tegalgubug Lor, Blok III RT 02/01, Kecamatan Arjawinangun, Kabupaten Cirebon seorang ibu rumah tangga.
Menurut Rohimah, Yusuf trauma bila baju yang dikenakannya disibakkan di depan orang asing sebagaimana pengalamannya menjalani prosedur medis selama ini.
Baca Juga
Advertisement
"Trauma, dikiranya mau disuntik. Dikira orang asing yang melihat kondisinya itu perawat dan mau menyuntik," ucap Rohimah di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Kamis, 8 Desember 2016.
Rohimah menceritakan, sakit yang diderita Yusuf dimulai ketika bocah itu menderita campak pada usia 10 bulan. Selama berhari-hari, badan Yusuf panas disertai sesak napas, meski telah diperiksakan ke dokter.
Hingga pada suatu waktu, dengan kondisi yang belum juga membaik, Yusuf harus dirawat di RSUD Arjawinangun, Kabupaten Cirebon. Penyakit itu membuat Yusuf mengalami pembesaran pada perut maupun lehernya.
"Tapi sudah sekitar dua minggu ini, sepulang dari RS Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, bengkak di lehernya mengempis," kata Rohimah.
Sementara itu, perawatan yang diterima Yusuf tidaklah tuntas, hanya lima hari, akibat terkendala biaya. Badan Yusuf masih panas, napas pun masih sesak, dengan perut dan leher membengkak layaknya penderita gondongan.
Sakit Yusuf membuat Kawiri yang menjadi tukang rongsok di Jakarta pulang kampung dan tidak lagi bekerja.
Yusuf pun kembali diperiksa, tetapi tidak kunjung pulih sehingga harus dirawat di ICU RSUD Gunung Jati, Kota Cirebon, selama sepuluh hari.
Yusuf kemudian mendapat perawatan lanjutan di RSHS selama tiga minggu. Kondisinya sempat membaik dan tak lagi sesak napas, meski perutnya masih membengkak.
Menderita Limfoma
Rohimah mengatakan, menurut dokter, Yusuf diperkirakan menderita limfoma, yakni salah satu jenis kanker darah yang terjadi ketika limfosit B atau T (sel darah putih yang menjaga daya tahan tubuh) menjadi abnormal dengan membelah lebih cepat dari sel biasa atau hidup lebih lama dari biasanya.
Limfoma pada akhirnya akan membentuk tumor, yang tumbuh dan mengambil ruang jaringan dan organ di sekitarnya. Kondisi itu akan menghentikan asupan oksigen dan nutrien untuk jaringan atau organ tersebut.
"Anak kami sempat dibilang tak bertahan lama karena penyakitnya, begitu kata dokter di RS Gunung Jati maupun RSHS. Tapi Alhamdulillah sampai sekarang masih bertahan," ucap Rohimah.
Selain pembengkakan pada perut dan leher, penyakit itu membuat kulit Yusuf kuning dan kukunya rusak. Kondisi terburuk yang pernah dihadapi Rohimah terjadi di awal sakit sang anak ketika Yusuf enggan makan.
Selama sekitar dua bulan Yusuf hanya mengonsumsi air susu ibu (ASI). Yusuf juga pernah tak bisa tidur selama dua hari karena sakit yang dialaminya.
Rohimah tak mengetahui pasti awal mula penyakit Yusuf mengingat kehamilan dan kelahirannya yang normal. Namun, informasi medis yang diterimanya menyebut, kemungkinan penyakit Yusuf bisa dari makanan ataupun flu.
"Bisa pula karena jatuh, ketika hamil saya pernah jatuh dari motor bersama suami. Begitu juga Yusuf pernah jatuh di rumah," kata dia.
Secara medis, limfoma dapat ditangani melalui kemoterapi dan kadang-kadang radioterapi atau transplantasi sumsum tulang. "Rencananya, Jumat (9 Desember 2016) ini Yusuf harus menjalani kemoterapi di RSHS. Kami harus ke sana," ujar dia.
Namun, karena sang suami tak lagi bekerja, kondisi ekonomi keluarga itu tak stabil. "Yang membuat kami bingung bila Yusuf harus dioperasi. Kemo saja setidaknya butuh minimal 22 kali dalam setahun," Rohimah menambahkan.
Dia dan Kawiri pun berharap kondisi Yusuf lekas membaik. Mereka mengharapkan sang anak tumbuh seperti anak-anak sehat lainnya.