Liputan6.com, Taipei - Seperti diwartakan sebelumnya, Donald Trump ingin meminta Apple untuk membangun pabrik produksi iPhone di Amerika Serikat (AS).
Bahkan, pria yang baru saja terpilih sebagai Presiden AS tersebut juga telah mengajak CEO Apple Tim Cook secara personal, untuk segera membangun beberapa pabrik di Negeri Paman Sam.
Semisal nanti Apple harus membangun pabrik perakitan iPhone di AS. Ini artinya Foxconn juga harus pindah. Sekadar informasi, Foxconn adalah perusahaan perakit yang berbasis di Taiwan yang meneken kontrak untuk memproduksi perangkat iPhone.
Perpindahan pabrik perakitan ke AS dirasa berpotensi merugikan Foxconn karena bisa memakan biaya yang sangat mahal. Bahkan, disebut-sebut biaya produksi bisa meningkat dua kali lipat.
Menanggapi rencana Trump, pendiri dan chairman Foxconn, Terry Gou, menulis surat terbuka. Secara terang-terangan, pria nomor satu di Foxconn itu mengungkapkan uneg-unegnya.
Kepada Trump, pria kelahiran 8 Oktober 1950 tersebut memberikan beberapa masukan yang harus dipertimbangkan.
Pertama, menurut Gou, rencana Trump untuk memindahkan pabrik perakitan iPhone ke Negeri Paman Sam bukanlah solusi untuk menciptakan lahan pekerjaan.
"Anda seharusnya mengacu pola pikir di mana bisa membuat orang-orang bisa menciptakan lahan pekerjaannya sendiri," tulis Gou.
Baca Juga
Advertisement
Gou bahkan juga memberikan perbandingan terhadap negara-negara berkembang seperti India, Indonesia, Brazil hingga beberapa provinsi kecil di Tiongkok.
Deretan wilayah tersebut diungkap Gou bahkan memiliki antusiasme pasar yang tinggi dengan iPhone. Hanya saja, hingga detik ini pihaknya kemungkinan tidak berniat membangun pabrik perakitan di Indonesia.
Selain itu, pria yang sudah berkecimpung di ranah manufaktur perangkat teknologi sejak 1974 silam ini mengaku, pihaknya telah mendapatkan pemasukan miliaran dolar pada tahun lalu berkat Apple. Tecatat, Foxconn mendulang pemasukan US$ 75 miliar atau setara dengan Rp 996 miliar.
"Jika Anda ingin iPhone diproduksi di AS, saya sebetulnya bisa saja mengabulkannya. Ya, semacam saya bisa membangun pabrik perakitan di dalam Trump Tower, namun biayanya pasti akan sangat amat besar. Saya harus meng-cover biaya untuk pabrik, transport, dan tenaga kerja," papar Gao.
"Saya bisa mempekerjakan robot di AS, namun butuh waktu berbulan-bulan untuk melatihnya, manusia bisa saja dilatih dalam waktu berjam-jam. Sayangnya, lebih banyak robot akan membunuh pekerjaan manusia."
Sebelum menutup kalimatnya, Gao mengatakan kepada Trump jika meningkatkan tarif impor, tidak akan mengubah hal terlalu banyak. Ini malah akan melemparkan momok bagi Foxconn di mana terbebani pajak, subsidi untuk karyawan, biaya listrik, dan masih banyak lagi.
"Ingatlah Trump, seperti dinding besar yang ingin Anda bangun, akan ada harga yang harus dibayar. Dan itu bukanlah saya, perlu Anda camkan," pungkas Gou.
(Jek/Isk)