Liputan6.com, Yogyakarta - Peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM) mengungkapkan, gempa bumi yang terjadi di Kabupaten Pidie Jaya, Aceh merupakan dampak dari aktivitas sesar atau patahan aktif di wilayah tersebut. Pergerakan sesar aktif yang terjadi bersifat mendatar dan dekstral (menganan).
Meski demikian, pergerakan patahan yang bersifat mendatar itu terjadi di kedalaman yang dangkal. Kondisi ini membuat gempa bumi tersebut tidak berpotensi tsunami.
Advertisement
Hingga malam ini berita tersebut paling banyak menyita perhatian pembaca Liputan6.com, terutama di kanal Regional, Kamis (8/12/2016).
Informasi yang tak kalah menarik mengenai kasus para orangtua yang dengan tega membunuh anak kandung sendiri.
Salah satunya tentang bocah Muhammad Azka (5). Azka diduga dibunuh ibu kandung sendiri di Grobogan, Jawa Tengah. Saat ditemukan kondisi jenazah Azka sungguh mengenaskan dengan luka bekas senjata tajam di leher.
Ada pula kabar penemuan seorang bayi perempuan yang mampu bertahan meski anjing liar sudah menggigitnya. Bagi warga Gang Bukit Berbunga, Kelurahan Minas, Kabupaten Siakini, peristiwa tersebut merupakan mukjizat.
Berikut berita-berita terpopuler yang terangkum dalam Top 3 Regional:
1. Pelajaran Penting dari Gempa Aceh Menurut Peneliti UGM
Pakar gempa UGM, Gayatri Indah Marliyani, menilai guncangan gempa Aceh karena di wilayah dekat pusat gempa tersusun batuan yang tidak kompak.
Ia menjelaskan gelombang gempa merambat lebih cepat pada batuan kompak dan melambat ketika melewati batuan yang lepas-lepas.
"Ketika melewati daerah dengan batuan yang lepas-lepas, amplitudo gelombang gempa akan membesar untuk bisa merambatkan energi yang sama. Sehingga getaran yang dirasakan pada daerah ini lebih kuat dan getaran ini juga bisa menimbulkan longsoran," ujar Gayatri, Rabu, 7 Desember 2016.
Gempa bumi berkekuatan 6,5 skala Richter (SR) mengguncang wilayah Pidie Jaya, Aceh, pada Rabu, 6 Desember 2016 pukul 05.03 WIB. Gempa berpusat di darat pada koordinat 5,19° LU dan 96,38 BT dengan kedalaman 10 kilometer.
2. 6 Kasus Orangtua Bunuh Anak Sendiri yang Menyayat Hati
Setiap orangtua memiliki tanggung jawab yang besar untuk menjaga dan membesarkan anak-anaknya.
Namun beberapa kasus tidak jarang orangtua dengan tega bertindak kasar, bahkan sampai menghabisi nyawa si anak.
Dengan berbagai motif, mereka bahkan sampai hati memperlakukan darah dagingnya sendiri secara tidak manusiawi.
Berikut ini enam kasus para orangtua yang membunuh anak kandungnya sendiri yang bikin menyayat hati.
3. Mukjizat, Bayi Berusia 5 Jam Bertahan Hidup Usai Digigit Anjing
Warga Gang Bukit Berbunga, Kelurahan Minas, Kabupaten Siak, dikejutkan dengan penemuan bayi perempuan yang tali pusarnya belum terlepas. Bayi ini mampu bertahan meski anjing liar sudah menjilati dan menggigitnya.
"Hasil pemeriksaan, ditemukan bekas gigitan anjing pada tubuh bayi dan bisa bertahan. Kondisinya saat ini sehat dan sudah diberi perawatan," kata Kabid Humas Polda Riau AKBP Guntur Aryo Tejo.
"Hasil penyelidikan di lokasi tidak ditemukan kardus dan kain. Selanjutnya, petugas akan mencari siapa saja yang baru melahirkan di wilayah tersebut," kata Guntur.
Guntur menyatakan bayi ini diduga dibuang oleh orangtuanya sendiri. Pihaknya juga diduga bayi malang itu merupakan hasil hubungan gelap.