Dalam 24 Jam Menlu Adakan 14 Pertemuan Bilateral, Ini Hasilnya

Singapura, Nepal, Maladewa, Palestina, Qatar, merupakan 5 dari 14 pihak yang melakukan pertemuan bilateral dengan Menlu Retno di Bali.

oleh Citra Dewi diperbarui 09 Des 2016, 09:00 WIB
Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi (Liputan6.com/Citra Dewi)

Liputan6.com, Nusa Dua - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi melakukan pertemuan dengan 14 bilateral di sela-sela kegiatan Bali Democracy Forum IX yang diadakan di Nusa Dua.

Dalam kesempatan itu beliau bertemu dengan perwakilan dari 14 negara, yakni Suriname, Jepang, Melanesian Spearhead Group (MSG), Singapura, Nepal, Maladewa, Palestina, Qatar, Timor Leste, Papua Nugini, Libya, Pemenang Nobel Perdamaian dari Tunisia, Iran, dan Spanyol.

Menurut keterangan Menlu Retno yang disampaikan kepada awak media, terdapat pernyataan umum dari 14 perwakilan tersebut.

"Mereka sangat mengapresiasi konsisten Indonesia dalam menyelenggarakan Bali Democracy Forum dengan tema yang berbeda-beda dari tahun ke tahun, dan tema tahun ini menurut saya sangat pas dengan situasi yang sedang dihadapi oleh dunia," ujar Retno.

"Mereka terus mengharapkan agar Indonesia dapat memerankan peran sebagai pemimpin atau menggerakkan dan mempertahankan tugas yang selama ini dilakukan Indonesia di dalam meningkatkan meningkatkan atau memperkuat demokrasi," imbuh dia.

Perempuan yang pernah menjadi Duta Besar Indonesia untuk Belanda itu memaparkan hasil 13 pertemuan bilateral yang dilakukan pada Kamis (8/12/2016). Sebelumnya pada Rabu 7 Desember malam, Menlu Retno telah mengadakan pertemuan dengan Menlu Suriname.

"Pertama dengan Jepang, kita berbicara mengenai adanya rencana kunjungan Perdana Menteri Abe pada Januari 2017," ujar Retno. Ia menambahkan juga terdapat fokus kerja sama antara Indonesia dengan Jepang di bidang investasi dan perdagangan.

Sementara itu dalam pertemuan bilateral kedua, Direktur Jenderal MSG, Amena Yauvoli,  mengharapkan kontribusi Indonesia dalam meningkatkan atau memperkokoh kerja sama di bidang ekonomi. Menlu Retno juga menyebut, terdapat peningkatan kerja sama pembangunan kapasitas dengan negara-negara di Pasifik Selatan dan negara anggota MSG.

Direktur Jenderal MSG, Amena Yauvoli, dengan Menlu Retno Marsudi (Liputan6.com/Citra Dewi)

Untuk hasil pertemuan dengan Singapura, Menlu Retno berkata bahwa perwakilan negara tersebut kembali membahas soal kunjungan PM Singapura ke Semarang dan Kendal pada beberapa waktu lalu.

"Pembangunan Kendal Industrial Park merupakan ikon baru dari kerja sama Indonesia dengan Singapura, dan Singapura juga menyampaikan pernyataannya yakni mengharapkan leadership Indonesia di bidang demokrasi," tutur perempuan kelahiran Semarang itu. Dalam kesempatan itu, di bahas juga soal kerja sama di bidang countering terrorism.

Sementara itu dalam pertemuan dengan Nepal yang diwakili oleh Menlu Prakash Sharan Mahat, membahas soal pembentukan mekanisme bilateral dalam bentuk joint comission, pasalnya Indonesia belum ada kedutaan di Nepal. Di samping itu dalam kerja sama ekonomi, Menlu Retno menyinggung keinginan untuk meningkatkan kerja sama di bidang perkereta apian dan industri strategis.

"Nepal dan Indonesia merupakan dua negara yang menjadi salah satu kontributor terbesar dalam misi perdamaian dunia. Kita bisa bekerja sama dengan mereka di dalam penyediaan yang diperlukan untuk pengerahan tenatar mereka yang diperlukan dalam misi perdamaian, dalam hal ini PT Pindad bisa menawarkan produknya," jelas Retno.

Pada pertemuan biateral selanjutnya, yakni dengan Maladewa, terdapat empat hal yang dibahas, yakni pembukaan konsul kehormatan Indonesia di Maladewa, perlindungan terhadap 1.400 tenaga kerja Indonesia yang berada di sana, meningkatkan kerja sama di bidang pariwisata, dan meminta dukungan Maladewa dalam keketuaan IORA.

Palestina merupakan negara berikutnya yang melakukan pertemuan bilateral dengan Indonesia. Dalam kesempatan itu, Menlu Palestina Riad Maliki dan Menlu Retno membahas rencana kegiatan konferensi internasional mengenai masalah perdamaian Palestina yang rencananya akan diselenggarakan di Paris pada Desember 2016.

Hal lain yang dibicarakan adalah bidang perdagangan, meski masih dalam skala kecil. "Produk kita paling banyak yang masuk ke wilayah Palestina adalah produk makanan, khususnya mie instan," tutur Retno.

Selain itu ada permintaan dari pihak Palestina agar pemerintah Indonesia dapat memberikan perlakuan khusus bagi produk-produk mereka yang masuk ke Indonesia. Perlakuan tersebut dinilai akan sangat membantu menggerakkan ekonomi Palestina.


Pertemuan Bilateral Lainnya

Pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Qatar, Sultan bin Saad al Muraikhi, membahas soal rencana kunjungan Emir Tamim bin Hamad bin Khalifa al-Tsani yang diupayakan berlangsung pada kuarter pertama tahun 2017.

Menlu Retno juga menyebut, terdapat upaya kerja sama di bidang telekomunikasi dan perbankan. Selain itu, ia juga mengundang investor dari Qatar untuk melebarkan bidang investasinya untuk masuk ke infrastruktur.

"Kita mulai dari sekarang pada saat emir Qatar akan berkunjung ke Indonesia maka akan ada hasil konkret di bidang ekonomi," ujar Retno terkait dengan undangannya kepada para investor Qatar.

Dalam pembahasan dengan Menteri Luar Negeri Timor Leste, Hernani Coelho, kedua belah pihak memprioritaskan penyelesaian dua unresolved segments perbatasan darat. "Kunci dari segala negosiasi adalah fleksibiltas dan win-win solution. Kalau dalam negosiasi kita masih berpegang pada posisi masing-masing maka tidak akan ada kemajuan," ujar Retno.

Sementara itu pertemuan bilateral dengan Papua Nugini yang diwakili oleh Menlu Rimbink Pato, membahas soal penyelenggaran Joint Comission untuk tahun 2017 yang rencananya akan dilakukan pada Januari atau Februari. Selain itu dibahas juga rencana pengajaran Bahasa Indonesia di beberapa sekolah di Papua Nugini.

"Kita sudah akan mengirimkan tim untuk bertemu dengan pemerintah Papua Nugini yang akan berangkat pada paruh pertama dalam bulan Desember ini yang akan dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan," tutur Retno.

Menteri Luar Negeri Papua Nugini Rimbink Pato dan Menlu Retno Marsudi (Liputan6.com/Citra Dewi)

Sementara itu Libya yang diwakili oleh Menlu Mohamed Attaher Siyala, meminta investor Indonesia untuk berinvestasi di bidang energi. Dalam pertemuan bilateral itu, Menlu Retno juga menyinggung soal pentingnya pelrindungan perlindungan ratusan Warga Negara Indonesia yang ada di sana.

Selain itu Indonesia juga menawarkan penguatan demokrasi kepada Libya, yang saat ini masih berada dalam masa transisi demokrasi. "Oleh karena itu kita sudah mulai melakukan kerja sama melalui Institute for Peace and Democracy dengan Al Mukhtar University di Libya di bidang demokrasi," ujar perempuan kelahiran 1962 itu.

Dalam perbincangan dengan pemenang Nobel Perdamaian 2015 asal Tunisia, Ouided Bouchamoi, demokrasi merupakan hal yang dibahas. "Tunisia adalah negara pertama pada saat demokrasi mulai berkembang yang dikenal dengan Arab Spring, dan mereka saat ini sedang terus berupaya untuk memperkuat demokrasi di Tunisia,"

Ouided yang juga seorang business woman dan tertarik dengan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah-- di mana hampir 90 persen ekonomi di negara tersebut digerakkan oleh UMKM-- tertarik untuk belajar dari Indonesia soal UMKM, termasuk akses terhadap keuangan dan pinjaman di bank.

Kerja sama ekonomi merupakan hal yang dibahas dalam pertemuan bilateral dengan Iran. Menurut Menlu Retno, terdapat kerja sama yang ingin dilakukan dengan Iran dan berfokus pada sektor minyak dan gas.

"Banyak sekali kerja sama yang bisa kita optimalkan dengan Iran, terutama di migas. Iran merupakan salah satu negara yang memiliki cadangan energi cukup tinggi, mereka memiliki cadangan minyak keempat terbesar, dan cadangan gas kedua terbesar di dunia," ujar Menlu Retno.

Pertemuan bilateral terakhir dilakukan dengan Duta Besar Spanyol Fransisco, Jose Viquira Niel, yang dalam waktu dekat akan mengakhiri tugasnya. Dalam kesempatan itu, Niel memperkenalkan Menlu yang baru dan rencana kunjungan Menlu Spanyol pada tahun depan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya