Liputan6.com, Jakarta Harga minyak kembali naik dari level di bawah US$ 50 per barel pada pekan lalu, karena pasar fokus pada pertemuan lanjutan OPEC dan non OPEC soal kesepakatan pemangkasan produksi.
Minyak acuan dunia Brent, dan minyak acuan Amerika Serikat West Texs Intermediate menambahkan dukungan dari pelemahan dolar, namun mata uang berubah positif menyusul jatuhnya euro pada program Bank Sentral Eropa untuk melanjutkan tapi mengurangi pembelian surat utang.
Advertisement
Melansir CNBC, Jumat (9/12/2016), minyak acuan Brent naik 94 sen atau 1,8 persen ke level U$ 53,94 per barel. Sementara minyak mentah AS naik US$ 1,07 atau 2,2 persen ke level US$ 50,84 per barel.
Kedua minyak acuan itu jatuh level dari US$ 2 per barel dari kenaikan pada Senin saat investor memborong setelah kesepakatan OPEC.
Produsen minyak bertemu di Wina pada Sabtu untuk melihat neagra-negara yang bukan anggota OPEC akan ikut memangkas produksi untuk membantu menghilangkan kelebihan minyak global yang menurunkan harga lebih dari 2 tahun.
Paginya, Brent tergelinncir ke teritori negatif sementar minyak AS mendapatkan keuntungan tipis setelah laporan bahwa Rusia melihat ada risiko bahwa pertemuan akan dipindahkan. Juru bicara kementerian energi Rusia mengatakan, pertemuan akan tetap berlangsung sesuai rencana.
Berbicara di konferensi di New York, mantan Sekjen OPEC Abdalla El-Badri mengatakan bahwa produksi negara Non OPEC dipangkas 600 barel per hari adalah wajib.
OPEC juga sepakat untuk memangkas produksi 1,2 juta barel per hari pada separuh 2017.