Liputan6.com, Myitkina - Ekor dinosaurus berbulu ditemukan dalam kondisi terawetkan dengan sempurna dalam amber -- batu permata organik-- dari Myanmar.
Penemuan fosil dinosaurus ini membantu memberikan petunjuk terkait hewan yang pernah mendominasi Bumi selama lebih dari 160 juta tahun.
Advertisement
Dari hasil pemeriksaan spesimen yang juga dijelaskan dalam jurnal Current Biology, didapati bahwa ekor berbulu itu berwarna chestnut brown di bagian atas dan putih di sisi bawahnya.
"Ini adalah pertama kalinya kami menemukan bagian dinosaurus yang terawetkan dalam amber," jelas asisten penulis Ryan McKellar dari Royal Saskatchewan Museum di Kanada kepada BBC News yang dikutip Jumat (9/12/2016).
Penulis pertama studi tersebut, Lida Xing dari China University of Geosciences di Beijing menemukan fosil yang luar biasa itu di pasar batu permata organik di Myitkina, Myanmar.
Batu permata organik berusia 99 juta tahun itu sudah dipoles untuk perhiasan, dan penjual pikir itu bagian dari tanaman. Namun pada pemeriksaan lebih detail, diketahui bahwa temuan tersebut adalah ekor dari dinosaurus berbulu seukuran burung gereja.
Lida Xing mampu mendeteksi jenisnya setelah melacak penambang batu yang awalnya menggali spesimen tersebut.
Dr McKellar mengatakan, pemeriksaan anatomi ekor tersebut dipastikan itu adalah milik dinosaurus berbulu dan bukan burung purba.
"Kami dapat memastikan sumber itu, karena tulang belakangnya tak menyatu ke dalam batang atau pigostil seperti pada burung modern dan kerabat terdekat mereka," jelas Dr McKellar.
"Sebaliknya, ekor panjang dan fleksibel, dengan bulu pada setiap sisi."
Dr McKellar mengatakan ada tanda-tanda ekor dinosaurus masih mengandung cairan ketika masuke dalam resin pohon, yang akhirnya membentuk amber. Hal ini menunjukkan bahwa ekor tersebut terperangkap dalam zat lengket saat masih hidup.
Asisten penulis, Profesor Mike Benton dari University of Bristol menambahkan:
"Sangat menakjubkan melihat semua rincian ekor dinosaurus -- tulang, daging, kulit, dan bulu -- dan membayangkan bagaimana ekor makhluk kecil terperangkap di resin kemudian mungkin mati karena ia tidak bisa bergerak bebas."
Benton juga mengungkap bahwa pemeriksaan kimia terhadap permukaan amber itu bahkan muncul unsur besi, peninggalan dari jejak darah.
Analisa 3 Dimensi
Temuan ini juga menjelaskan bagaimana susunan bulu pada dinosaurus tersebut, karena fitur 3 dimensi sering tak bisa mendeteksinya akibat kompresi yang terjadi ketika bangkai menjadi fosil di batuan sedimen.
Bulu-bulu pusat berkembang dengan baik -- rachis -- dikenal dari burung modern. Struktur mereka menunjukkan bahwa ada dua tingkatan terbaik dari percabangan pada bulu unggas modern yang dikenal sebagai barbs dan Barbula, muncul sebelum rachis terbentuk.
Negara Bagian Kachin, di timur Myanmar, di mana spesimen itu ditemukan telah memproduksi amber selama 2.000 tahun. Tetapi karena mayoritas yang diawetkan adalah serangga, selama 20 tahun terakhir di sana menjadi fokus bagi para ilmuwan yang mempelajari arthropoda kuno.
"Potongan-potongan amber yang lebih besar sering didapati dalam kondisi rusak dalam proses penambangan. Pada saat kami melihatnya, benda-benda itu sering dirubah menjadi perhiasan. Kita tidak pernah tahu berapa banyak spesimen yang hilang," papar Dr McKellar.
"Jika Anda memiliki spesimen lengkap, misalnya, Anda bisa melihat bagaimana bulu yang disusun di seluruh tubuh. Atau Anda bisa melihat fitur jaringan lunak lain yang biasanya tidak bisa dipertahankan."
Bagian lain dari dinosaurus berbulu yang diawetkan mungkin juga mengungkapkan apakah itu hewan terbang atau meluncur.
"Ada jenis lainnya, laporan anekdotal spesimen serupa datang dari wilayah itu. Tetapi jika mereka menghilang ke dalam koleksi pribadi, maka mereka tak terjamah ilmu pengetahuan," jelas Dr McKellar.
Dr Paul Barrett dari Natural History Museum London menyebut spesimen itu adalah fosil yang indah, menggambarkannya sebagai "kejadian yang benar-benar langka, ada bagian vertebrata dalam amber".
"Sebelumnya sudah pernah ditemukan bulu di dalam amber, jadi temuan itu bukan hal baru. Namun apa yang ditunjukkan spesimen baru ini adalah hasil analisa 3 dimensi dari bulu dinosaurus Mesozoikum/burung untuk pertama kalinya, karena hampir semua fosil dinosaurus berbulu lainnya dan kerangka burung Mesozoikum yang kita telah ratakan dalam bentuk 2 dimensi saja yang mengaburkan beberapa fitur penting dari anatomi mereka," tutur Dr Paul Barrett.
"Spesimen amber terbaru ini menegaskan ide dari ahli perkembangan biologi tentang urutan di mana beberapa fitur rinci dari bulu burung modern seperti barbs dan barbula akan muncul juga. "
Awal tahun ini, para ilmuwan juga menjelaskan sayap burung purba yang ditemukan dalam amber dari daerah yang sama dari Myanmar.
Advertisement