Liputan6.com, Jakarta - Bank BJB mencatatkan angka non performing loan atau rasio kredit bermasalah (NPL) di kisaran 1,7 persen. Angka itu dinilai masih terkendali. Meski demikian perseroan tidak lengah untuk menjaga rasio kredit bermasalah.
Salah satu bank pembangunan daerah, Bank BJB memiliki strategi untuk mengantisipasi peningkatan NPL tersebut.
"Kita masuk pasar selektif dan sesuai dengan appetite kita. Kita masuk ke kredit yang dibiyaai APBN dan APBD, juga ke fixed income," kata Direktur Konsumer Bank BJB Fermiyanti di Plaza Mandiri, Jakarta, Jumat (9/12/2016).
Fermiyanti mengungkapkan saat ini angka NPL di Bank BJB relatif terkendali di kisaran 1,7 persen. Meski begitu, pihaknya akan menekan angka itu supaya Bank BJB memiliki kinerja lebih baik.
Baca Juga
Advertisement
Fermiyanti menuturkan sektor-sektor yang masih jadi pertimbangan antara lain kredit pemilikan rumah (KPR), kredit konsumer dan pegawai. "Pencapaian ini tidak terlepas dari kita perkuat tim dari collection kita di internal," ujar dia.
Saat ini, Bank BJB, dari data akhir November mencatatkan pertumbuhan penyaluran kredit mencapai 15 persen. Jumlah ini di luar perkiraan perusahaan yang sebelumnya menganggap kredit hanya akan tumbuh 13 persen.
Penyaluran kredit perbankan tidak seperti yang diharapkan pada 2016. Pertumbuhan kredit diperkirakan hanya berada di kisaran 9 persen.
Rendahnya pertumbuhan penyaluran kredit itu karena beberapa bank fokus dalam hal pencadangan. Itu mengingat tren Non Performing Loan (NPL) cenderung meningkat. (Yas)