Liputan6.com, Kupang - Pantai Batu Kapala di Kupang mungkin belum terlalu banyak dikenal. Pasalnya, pantai yang mirip Tanah Lot di Pulau Bali ini belum terlalu lama dibuka untuk publik.
Kini, pantai yang dulu hanya menjadi tempat parkir perahu para nelayan ini, telah berubah menjadi istana matahari terbenam. Pantai yang indah ini terletak di Kelurahan Nunhila, Kota Kupang.
Begitu sampai di pantai ini, ingatan para pengunjung langsung menuju satu tempat tersohor di Pulau Dewata yakni Tanah Lot. Bedanya, tidak dijumpai pura menghiasi karang tebing.
Sunset atau matahari terbenam dari pantai Batu Kapala terlihat indah dihiasi Tanjung Namosain dan Pulau Semau.
Baca Juga
Advertisement
Walaupun aksesnya baru dibuka untuk umum, tetapi pengunjung sudah membludak. Semuanya hanya ingin mengambil gambar dan ber-selfie ria di tempat yang masih 'perawan' ini.
Di sekitar lokasi pantai juga sudah diramaikan kegiatan bisnis. Banyak penjual menjajakan makanan kecil dan minuman sehingga pengunjung bisa menikmati sunset sambari makan jagung bakar.
Bagi yang ingin berolahraga, di Pantai Batu Kepala juga ada spot khusus yang bisa digunakan untuk bermain bola voli maupun futsal ditepi pantai.
Untuk mengunjungi tempat yang eksotis ini, tidak terlalu sulit. Lokasinya berdekatan dengan Kuburan Nunhila. Di sana sudah ada gapura menuju pantai yang bertuliskan "Batu Kepala Beach".
“Ini dibangun oleh Pemerintah Kota Kupang lewat bantuan dana IFAD. Kehadiran tempat ini telah memberi hidup bagi warga sekitar,” kata Otniel Lay Tera, seorang warga yang rumahnya persis di depan Pantai Batu Kapala kepada Liputan6.com, Minggu (4/12/2016).
Menurut Otniel, setiap hari Sabtu dan Minggu, tempat ini sangat ramai dikunjungi, baik warga sekitar maupun warga dari kelurahan lain. Untuk masuk ke lokasi wisata baru ini, belum dikenakan biaya untuk tiket masuk. Jadi, cukup merogoh kocek Rp 2.000 untuk biaya parkir.
"Kami cukup senang dengan perhatian Pemkot sehingga tempat yang indah ini bisa dikenal oleh banyak orang. Dulu orang tidak tahu tempat ini, namun setelah dibuka akses dan ditata secara baik banyak yang datang mengunjungi,” kata Otniel.
Nama Batu Kepala, cerita Otniel, konon diambil dari salah satu batu besar di tempat itu yang mirip kepala binatang buas. Dahulu tempat itu sangat angker. Bahkan, masyarakat yang hendak ke pantai dilarang mengambil salah satu benda di area itu.
"Dahulu tempat ini sangat angker. Batu berbentuk kepala binatang itu sudah pecah akibat hantaman ombak. Saya orang pertama yang mendirikan rumah di sini. Sejak Pemkot menata pantai ini, baru warga mulai ikut bangun rumahnya," pungkas Otniel.