Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyiapkan skema untuk mengendalikan harga daging sapi momen-momen tertentu seperti Lebaran, Natal dan Tahun Baru. Skema tersebut melibatkan berbagai pihak bukan hanya di dalam negeri tetapi juga luar negeri.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan, untuk di dalam negeri, pihaknya telah bertemu dengan para pengusaha, distributor, pedagang hingga Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
"Mengenai daging, kita bertemu dengan asosiasi distribusi mengenai daging, menguasai lebih dari 300 pasar-pasar, kemudian juga dengan para importir dan juga Bulog," ujar dia di Kantor Kemendag, Jakarta, Jumat (9/12/2016).
Enggar mengungkapkan, dari pertemuan tersebut, Kemendag akan menyiapkan dua skema untuk pengendalian harga daging pada moment tertentu. Pertama, dengan menyediakan daging beku dari berbagai negara seperti India, Australia dan Selandia Baru dengan harga sekitar Rp 80 ribu per kg.
"Ada beberapa langkah yang akan kami lakukan, yang kami belum bisa sampaikan di sini. Tetapi kita lagi buat dulu scheme-nya, agar ada 2 harga, 2 jenis, yaitu daging beku, dan bersama dengan daging India dan segala macam seluruh dunia yang ada, yang bisa, Australia, New Zealand, segala macam, yang everage harganya Rp 80 ribu per kilogram," kata dia.
Baca Juga
Advertisement
Kedua, menyediakan daging segar yang dipasok dari dalam negeri. Harga daging ini diperkirakan akan lebih mahal dibanding daging beku.
"Tetapi dari sisi lain, yang daging dari fresh itu, ada dibuat, akan kita buat. Lagi kita buat skemanya, dibuat rata-rata harga daging. Karena harga daging itu harus ada penyerapan daging lokal, ternak itu, dan dari bakalan," lanjut dia.
Untuk daging segar ini, lanjut Enggar, pihaknya tengah bernegosiasi pemerintah Australia agar mau membantu menurunkan harga sapi bakal yang diimpor dari negara tersebut. Setidaknya untuk per kilogram sapi hidup harganya bisa turun 1 dolar Australia.
"Yang kini dalam proses negosiasi yang mudah-mudahan saya bisa membantu untuk penurunan harga sapi bakalan paling tidak 1 dolar Australia per kilogram. Itu proses yang kami juga, pembicaraan kami dengan Menteri Perdagangan Australia," jelas dia.
Enggar mengakui, sebenarnya harga daging dan sapi bukan ditentukan oleh pemerintahnya, melainkan lebih kepada business to business (B to B). Namun demikian, pemerintah Australia merupakan regulator yang diharapkan bisa membantu menekan harga sapi di tingkat peternaknya.
"Harga daging atau harga sapi tidak ditentukan Australia, tidak. Itu pada based, pada dasarnya adalah B to B. Tetapi sebagai pemerintah Indonesia dan pemerintah Australia, karena akan menentukan regulasi dan peraturan, yang mengakibatkan dampaknya pada pembentukan struktur harga, maka kita bisa melakukan pembicaraan ke pasar," tandas dia. (Dny/Gdn)