Liputan6.com, Jakarta - Alfred Riedl tampaknya masih penasaran merasakan indahnya mengangkat trofi Piala AFF. Pasalnya, belum satu gelar Piala AFF pun dia raih. Padahal, pria asal Austria ini sudah terlibat dalam lima edisi ajang sepak bola se-ASEAN ini.
Baca Juga
Advertisement
Nyaris, mungkin jadi kata yang pas disematkan kepada Riedle. Betapa tidak, sang pelatih sebenarnya sudah dua kali sebelumnya menginjakkan kaki di final, tetapi selalu kandas.
Aksi pertamanya saat menukangi Vietnam pada Piala Tiger 1998 lalu. Bersama Nguyen Huu Thang,yang sekarang jadi pelatih Vietnam, Riedl memang sukses membangkitkan sepak bola di sana.
Tak pernah terkalahkan di Piala AFF edisi tersebut, mimpi Riedl dan Vietnam harus gugur di partai puncak, di tangan Singapura. Gol semata wayang R. Sasikumar kala itu memupus mimpi Nguyen Huu Thang dan kawan-kawan.
Pada 2007 silam, impian itu kembali kandas bersama Vietnam. Sebab, The Golden Stars yang diasuhnya harus kalah 0-2 dari Thailand pada semifinal.
Bangkitkan Euforia Indonesia
Riedl kembali hampir meraih gelar pertamanya di Asia Tenggara kala menukangi Indonesia pada Piala AFF 2010 silam. Dia sukses membangkitkan euforia masyarakat sepak bola Indonesia akan timnas saat itu.
Tangguh di fase grup, Skuat Garuda kembali meyakinkan saat lolos ke final. Ini setelah mereka menundukkan Filipina di semifinal.
Jelang final, Skuat Garuda yang dikomandoi Bambang Pamungkas cs, di atas angin. Sebab, mereka bakal melawan Malaysia, lawan yang notabene pada babak grup dibantai 5-1.
Akan tetapi, Dewi Fortuna kembali tak menaungi. Ya, kekalahan 0-3 di markas Malaysia, membuat Indonesia tak bisa berbuat banyak di Stadion Utama Gelora Bung karno (SUGBK). Meski menang 2-1, langkah Riedl kembali gagal.
Kini kesempatan itu kembali hadir. Ini bisa jadi akhir penantian indah bagi Riedl. Setelah mengumumkan rencana pensiun, dengan meraih gelar Piala AFF 2016, bisa jadi akhir indah, sekaligus pemuas dahaga Riedl di Asia Tenggara.
Kesempatan kini terbuka lebar. Meski tak diunggulkan lawan Thailand, tetapi dalam sepak bola tak ada yang mustahil. Jadi, bagaimana Riedl?
I. Eka Setiawan
Advertisement