Kombinasi Permainan Italia-Inggris Bikin Leicester Bantai City

Leicester City mengandalkan serangan balik.

oleh Cakrayuri Nuralam diperbarui 11 Des 2016, 07:20 WIB
Leicester City mengandalkan serangan balik untuk mengalahkan Manchester City.

Liputan6.com, Leicester - Manajer Leicester City, Claudio Ranieri terlihat puas dengan performa anak asuhnya usai membantai Manchester City. The Foxes --julukan Leicester-- menang 4-2 atas City di King Power Stadium, Minggu (11/12/2016) dini hari WIB dalam lanjutan Liga Inggris.

Empat gol kemenangan Leicester dicetak oleh Jamie Vardy (hattrick) dan Andy King. Sedangkan dua gol balasan Mancester Biru dicatatkan oleh Aleksandar Kolarov dan Nolito.

"Kami terlihat sangat kuat hari ini. Sejak awal kami sudah yakin bisa memenangkan pertandingan ini. Sebab, kami bermain sangat bagus," ucap Ranieri, dikutip dari BBC.

Sepanjang pertandingan, The Foxes mengandalkan serangan balik. Jamie Vardy dan kawan-kawan bermain bola-bola panjang dan mengandalkan kecepatan para pemainnya.

"Saya bilang ke pemain, kalau dalam laga ini, saya akan mencampur gaya permainan Italia dengan budaya Inggris. Kemudian mereka percaya dengan taktik ini," ujar mantan pelatih Chelsea tersebut.

"Ini merupakan kekuatan kami. Leicester tidak bisa menjaga ball possession. Jadi, kami bermain cepat, melambatkan tempo permainan lawan, dan berhasil mencetak dua gol cepat," kata Ranieri menambahkan.


Puji Jamie Vardy

Di penghujung pertandingan, Ranieri memberikan ucapan selamat kepada Jamie Vardy yang mencetak hattrick. Striker berusia 29 tahun itu sudah absen mencetak gol dari 16 pertandingan terakhir bersama The Foxes.

"Ketika pertandingan selesai, saya berkata kepada Vardy: 'Selamat datang kembali, bro!' Saya mohon dengan sangat kepada Vardy bisa menjaga penampilannya," ujar Ranieri mengakhiri.

Kemenangan ini membuat Leicester naik ke posisi 14 dengan meraih 16 poin. Sedangkan Manchester Biru tertahan di urutan keempat dengan 30 poin.

Jamie Vardy cetak hattrick ke gawang Manchester City dalam lanjutan Liga Inggris. (Reuters / Darren Staples)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya