Pelukan Anak-Anak Korban Gempa Aceh Saat Diguncang Gempa Susulan

Anak-anak korban gempa Aceh ketakutan berada di dalam ruangan dan lebih memilih berada di luar rumah, beraktivitas dan tidur di tenda-tenda.

oleh Windy Phagta diperbarui 12 Des 2016, 06:31 WIB
Anak-anak korban Gempa terlihat antusias saat mengikuti kegiatan "Trauma Healing" di Pidie Jaya, Aceh, Jumat (9/12). Kegiatan tersebut untuk memulihkan rasa trauma anak-anak korban gempa bumi di Pidie Jaya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Banda Aceh - Tim dukungan psikososial mendapati anak-anak masih mengalami rasa takut, terlebih saat terjadi gempa susulan usai gempa Aceh. Mereka umumnya menunjukkan reaksi tubuh gemetar hebat, panik, saling berpelukan dan menjerit karena takut.

Menurut Koordinator Tim Layanan Dukungan Psikososial Kementerian Sosial (Kemensos), Milly Mildawati mengungkapkan, hasil kaji cepat pada pengungsi yang kehilangan anggota keluarganya menunjukkan mereka masih sangat berduka. Mereka juga ketakutan berada di dalam ruangan dan lebih memilih berada di luar rumah, beraktivitas dan tidur di tenda-tenda.

"Kondisi ini agak berbeda dengan warga yang tinggal di pesisir pantai. Ketakutan mereka berbeda, dua kali lipatnya. Mereka takut berada di dalam ruangan dan takut tsunami karena rumah mereka berada di bibir pantai," ujar Milly yang saat ini menjabat Kepala Pusat Kajian Bencana dan Pengungsi Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung di Banda Aceh, Minggu (11/12/2016).

Tim Layanan Dukungan Psikososial (LDP) Kemensos telah melakukan Rapid Assesment atau Kaji Cepat korban gempa Aceh di lokasi pengungsian Kabupaten Pidie Jaya. Wilayah tersebut adalah Meunasah Jurong, Meunasah Balek, Meuraksa Barat, dan Paru Keude.

"Saat ini ada 25 orang tim Layanan Dukungan Psikososial. Sebelum mereka melaksanakan tugas, mereka harus melakukan assesment terlebih dahulu. Untuk sementara ini tim berfokus di empat titik pengungsian yang jumlahnya cukup besar. Assesment utamanya dilakukan pada kelompok rentan yakni lansia, disabilitas, ibu hamil, ibu menyusui dan anak-anak. Serta warga yang ditinggalkan anggota keluarganya (meninggal)," kata Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, Sabtu 11 Desember 2016.

Mensos menambahkan, hasil kaji cepat ini nantinya akan menjadi dasar pemberian layanan kepada pengungsi gempa Aceh terutama berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar. Berdasarkan data ini, tim juga akan menentukan intervensi atau aktivitas lanjutan untuk mengurangi dampak negatif dari gempa.

"Rapid Assesment biasanya dilakukan dalam rentang waktu hari pertama sampai hari keempat kejadian bencana. Ini sebagai data awal yang menjadi dasar untuk menyusun program layanan dukungan psikososial selanjutnya," tambah Mensos.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya