Liputan6.com, Palembang - Di balik kokohnya tembok Museum Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II di pelataran Plasa Benteng Kuto Besak (BKB) Palembang, Sumatera Selatan, tersimpan satu bingkai jejak kejayaan Kerajaan Palembang Darussalam.
Bingkai kaca itu berisi ratusan uang koin lusuh tetapi terpampang rapi di antara bingkai-bingkai uang rupiah keluaran Bank Indonesia. Koin berwarna hitam legam tersebut adalah uang yang digunakan di masa Kerajaan Palembang Darussalam yang dulunya menguasai wilayah Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel).
Ali Hanafiah, sejarawan dan Kepala Museum SMB II Palembang menceritakan kisah uang kerajaan yang disebut dengan Kepeng. Transaksi perdagangan yang sebelumnya dirajai oleh uang China, beralih ke uang Kepeng yang diproduksi sendiri oleh pihak kerajaan.
"Setelah mengusir penjajah China dari wilayah Sumbagsel, Kerajaan Palembang Darussalam menguasai wilayahnya dan mengubah semuanya, termasuk uang yang bisa digunakan warganya. Uang Kepeng adalah alat penukaran satu-satunya yang sah di masa itu dan hanya berlaku di Sumbagsel saja," ujar Ali kepada Liputan6.com, saat ditemui di ruangannya, Senin (12/12/2016).
Uang Kepeng yang diperkenalkan Raja Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II kala itu hanya berlaku dari abad 16 hingga abad 18. Masuknya penjajah Belanda membuat kekuatan Kerajaan Palembang Darussalam lumpuh dan uang Kepeng pun menjadi barang yang tak bernilai.
Peralihan ke uang Belanda membuat uang Kepeng semakin tergerus zaman, terlebih saat Indonesia merdeka dan disusul disahkannya rupiah sebagai mata uang Indonesia. Keberadaan uang Kepeng semakin punah.
"Hingga sekarang, kita hanya mendapatkan sebanyak 173 koin uang Kepeng yang dihibahkan dari salah satu warga Palembang. Karena kondisinya sudah lama, banyak bentuk koin Kepeng tak terlihat lagi tulisannya. Tapi ada yang tertulis diterbitkan sekitar tahun 1023 Hijriah hingga 1253 Hijriah," tutur Ali.
Baca Juga
Advertisement
Kendati sejarah uang koin Kepeng nyaris dilupakan warga Sumsel, kejayaan Kerajaan Palembang Darussalam kembali dikenal masyarakat Indonesia secara luas. Yaitu, dengan adanya pecahan uang kertas Rp 10.000 dengan gambar Sultan Mahmud Badaruddin II.
"Kita sebagai warga Sumsel merasa senang karena dengan uang kertas Rp 10.000 bergambar SMB II. Masyarakat luas bisa tahu dan kembali mengenang kejayaan SMB II dan kerajaannya," ujar dia.
Jika nanti uang kertas bergambar SMB II sudah ditarik dari edaran, dirinya berharap akan ada lagi pahlawan dan pejuang dari tanah Sumsel yang bisa diabadikan dalam bentuk uang kertas.
Kepala Bank Indonesia Perwakilan Wilayah Palembang Ponco Hamid Wibowo mengatakan, uang kertas Rp 10.000 bergambar SMB II hingga kini masih beredar dan masih bisa digunakan.
"Masih berlaku sampai sekarang. Memang untuk uang pecahan besar lebih lama perputarannya dibandingkan uang pecahan kecil seperti Rp 2.000 dan Rp 5.000 yang lebih banyak digunakan," ujar dia.
Menurut dia, untuk membuat uang baru lagi, Bank Indonesia mempunyai banyak pertimbangan. Salah satunya adalah peningkatan pengamanan uang karena maraknya pemalsuan uang.