Kemenkes Kirim Dokter Kejiwaan untuk Korban Gempa Aceh

Tim dokter, juga melakukan sinergi dan harmoni dengan program kesehatan fisik dan lingkungan terhadap korban gempa Aceh.

oleh Liputan6 diperbarui 13 Des 2016, 06:21 WIB
Anak-anak korban Gempa terlihat antusias saat mengikuti kegiatan "Trauma Healing" di Pidie Jaya, Aceh, Jumat (9/12). Kegiatan tersebut untuk memulihkan rasa trauma anak-anak korban gempa bumi di Pidie Jaya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Kesehatan mengirim enam dokter spesialis kejiwaan sebagai bagian dari penanggulangan pascagempa Aceh.

"Enam dokter itu akan berkoordinasi dengan Pusat Krisis, Kantor Kesehatan Pelabuhan dan Dinkes Provinsi Aceh serta pemangku kepentingan lain untuk penanganan masalah kesehatan jiwa dengan program jangka pendek dan jangka panjang," kata Direktur Kesehatan Jiwa Kemenkes Fidiansyah lewat keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Senin 12 Desember 2016.

Dia mengatakan, beberapa yang dilakukan tim dokter kejiwaan seperti melakukan pertolongan pertama psikologi melalui pengukuran cepat sehingga didapat data awal status kesejahteraan jiwa (keswa) setiap individu dan keluarga.

Tim dokter, kata dia, juga melakukan sinergi dan harmoni dengan program kesehatan fisik dan lingkungan berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar sandang, papan dan pangan berdasarkan kelompok usia dan jenis kelamin korban gempa Aceh.

Selain itu, lanjut dia, tim turut mewujudkan suasana kondusif dan produktif untuk kegiatan sehari-hari seperti belajar bagi usia sekolah, bekerja bagi usia produktif dan lainnya. Demikian dilansir dari Antara.

Dia mengatakan dukungan terapis juga diberikan bagi kelompok yang membutuhkan seperti terapi bermain serta bercerita bagi anak-anak, konseling individual dan kelompok bagi usia dewasa.

Tim kesehatan, kata Fidi, juga bertugas memberi layanan kesehatan jiwa yang terintegrasi dengan layanan fisik. Selain itu, tim dokter kejiwaan Kemenkes memberi layanan rujukan ke RSU/RSJ terhadap gangguan jiwa berat dan melakukan intervensi bagi orang-orang dengan stres berat.

Fidi mengatakan tim bertugas secara terpadu pada 11-20 Desember baik di posko induk maupun "mobile" di 46 titik pengungsian.

"Sementara program jangka panjang dilakukan sebagai pemantapan program jangka pendek disertai penguatan jejaring sistem pencegahan dan pengendalian masalah keswa secara menyeluruh dan berkesinambungan," kata Fidi.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya