Liputan6.com, Jakarta Argumentasi yang memanas dengan pasangan, terkadang tidak bisa dihindari dalam hubungan. Bahkan, hal tersebut sering dianggap sebagai bumbu-bumbu cinta.
Namun saat emosi, seringkali Anda tidak dapat memilih kata secara hati-hati, yang akhirnya justru membuat perkelahian menjadi tambah besar.
Advertisement
Sebenarnya menurut para ahli, ada beberapa hal yang sebaiknya jangan Anda katakan pada pasangan, jika misalnya sedang beradu argumentasi, seperti dilansir dari Menshealth, Selasa (13/12/2016):
1. “Itu konyol!”
Kalimat ini mengirimkan pesan bahwa perspektif pasangan Anda tidak valid.
“Orang-orang yang bertujuan untuk, 'aku benar, kamu salah', biasanya akan selalu mendapatkan masalah. Lebih baik, akui sesuatu yang sudah pasangan Anda katakan dan setuju dengannya dahulu. Kemudian, tambahkan perspektif Anda sendiri dengan mengatakan, ‘ya, dan inilah sudut pandang lain untuk melihat masalah tersebut’,” ujar seorang ahli hubungan dan psikolog klinis, Susan Heitler, Ph.D.
Hal ini akan membuat pendapat Anda berdua sama-sama tersampaikan dan didengar oleh yang lain, sehingga solusi akan jadi lebih mudah ditemukan.
Advertisement
2. “Oh, itu bagus”
Perhatikan sarkasme Anda saat berselisih. “Kalimat ini tidak efektif sama sekali, tapi justru akan menciptakan rasa ketidakpercayaan yang lebih banyak. Ini cara yang sangat pasif-agresif untuk menentukan poin pada suatu masalah. Dan ini cara yang salah,” ujar psikolog klinis dan ahli hubungan di Harvard, Monica O’Neal, Psy.D.
Lebih baik, jelaskan sudut pandang Anda secara jujur, untuk menjaga jalur komunikasi tetap terbuka.
3. “Kamu tidak pernah.....”
Mengeluarkan keluhan dengan awalan kalimat seperti “kamu selalu...” atau “kamu tidak pernah...,” akan membuat orang lain menjadi defensif, dan ini bukan cara yang benar.
Heitler menyarankan untuk mengganti ungkapan-ungkapan menuduh tersebut dengan kalimat yang lebih personal, seperti “kekhawatiran saya adalah....”
"Jadi daripada menggerutu dengan kalimat “kamu tidak pernah..”, cobalah untuk mengatakan, 'kekhawatiran saya adalah, saya takut teman-teman kita akan berpikir kalau kita kasar'," ujarnya.
Advertisement
4. “Hey, tenanglah”
Kalimat ini bisanya memiliki efek sebaliknya, ”Apa yang sebenarnya Anda katakan dari kalimat ini ialah, ‘saya tidak bisa mentolerir Anda yang sedang marah',”ujar O’Neal.
Padahal, sangat penting untuk membuat pasangan merasa aman dan nyaman untuk mengekspresikan emosinya, bahkan emosi negatif sekalipun.
Jadi jika Anda benar-benar tidak tahu apa yang membuatnya begitu marah, tanyakan padanya dengan tulus dan lembut. Apa yang sebenarnya membuat dia marah seperti itu.
5. “Tapi....”
Jika didefinisikan, kata ini akan menimpa kalimat apapun yang baru saja pasangan Anda katakan. “Kata ‘tapi’ akan menghapus kalimat yang sudah keluar sebelumnya, seperti tombol backspace pada keyboard Anda. Tidak ada orang yang menyukai jika yang mereka katakan dihapus, diberhentikan, atau direndahkan,” ujar Heitler.
Lebih baik saat Anda ingin memberikan tanggapan, dahulukan dengan kata “dan”, untuk menunjukkan bahwa Anda menghormati pendapat pasangan Anda. Walaupun pendapatnya berbeda dari pandangan yang Anda miliki.
Advertisement
6. “Kita sudahi saja dulu masalah ini”
Perkelahian memang bisa membuat stres, dan sangat dimengerti jika salah satu dari Anda membutuhkan waktu untuk sendiri. Namun ketika emosi sedang membara, Anda tidak bisa menutup argumentasi tersebut begitu saja.
O’Neal menyarankan, biarkan pasangan tahu bahwa Anda butuh waktu untuk berhenti sejenak dari masalah tersebut.
“Anda harus bisa mengatakan, ‘saya butuh kesempatan untuk mundur (rehat) sedikit dan memprosesnya. Saya berjanji akan kembali untuk menyelesaikan masalah ini denganmu dan saya berjanji tidak akan mengabaikannya’," ujarnya.
7. “Kamu seperti... (mengatai pasangan dengan nama-nama hewan)
“Mengatainya dengan nama-nama hewan atau kata kasar lainnya, sangat di luar batas. Ini hanya akan melukai perasaan orang lain dan bukan memecahkan masalah,” ujar Heitler.
Lebih baik fokuslah untuk mencari solusi, bukan melihat seberapa efektif Anda dapat menyakiti perasaan masing-masing.
"Inti dari berargumentasi, ialah agar Anda merasa bahwa Anda didengar, walaupun dalam hal tersebut Anda tidak mencapai suatu kesepakatan. Namun setidaknya di akhir argumentasi, Anda memiliki pemahaman yang lebih baik," ujar O’Neal.
Advertisement