Liputan6.com, Nashville - Seorang anak berusia 5 tahun meraih salah satu keinginannya sebelum meninggal, yaitu bertemu dengan Santa Claus atau Sinterklas.
Beberapa minggu lalu, pemeran Santa Claus bernama Eric Schmitt-Matzen (60) dari Nashville, negara bagian Tennesse, Amerika Serikat menerima panggilan mendesak.
Ternyata, seperti dikutip dari US News pada Selasa (13/12/2016), panggilan itu berasal dari seorang juru rawat di rumah sakit setempat.
Kepada Knoxville News Sentinel, pria yang mendapat 80 pesanan peran per tahun itu mengatakan, "Dia bilang ada seorang anak lelaki yang sakit parah dan ingin bertemu dengan Santa Claus."
Baca Juga
Advertisement
Situasinya sudah sangat parah sehingga Schmitt-Matzen bahkan belum sempat memasang pakaian seragam Santa Claus.
Sekitar 15 menit kemudian, Schmitt-Matzen tiba di ruang perawatan intensif (intensive care unit, ICU). Ibu anak tersebut sedang memegang mainan dari tayangan televisi PAW Patrol. Kata Schmitt-Matzen kepada Knoxville News Sentinel, "Ibu itu ingin saya memberikan kepadanya."
"Saya mengamati situasi dan mengatakan kepada semua orang, 'Kalau kalian tidak tahan, silahkan meninggalkan ruangan. Kalau saya melihat kalian menangis, saya akan terpengaruh dan tidak dapat melakukan pekerjaan saya.'"
Schmitt-Matzen sendirian memasuki ruangan itu, katanya, "Ketika saya melangkah masuk, ia terbaring di dalam sana, lemah sekali seakan bersiap untuk tidur."
"Saya duduk di sisi ranjang dan bertanya, 'Nah, ceritakan apa yang dengar tentang keinginan kamu di Natal ini? Tak mungkin kamu meluputkan Natal! Kamu paling disayang Santa.'"
Schmitt-Matzen mengingat tanggapan anak itu, "Betulkah?"
Setelah membuka hadiah untuknya dan melontarkan senyum lebarnya, anak lelaki itu mengajukan pertanyaan yang sulit, "Mereka bilang saya akan meninggal. Bagaimana saya tahu waktunya pergi ke sana?"
Kata Santa Claus itu kepadanya, "Ketika kamu sampai di sana, katakanlah bahwa kau adalah yang paling disayang oleh Santa dan mereka akan mempersilahkan kamu masuk."
Anak itu mendekat untuk memeluk terakhir kalinya. "Saya merangkulnya. Sebelum saya bicara apapun, ia meninggal dunia. Saya hanya bisa meneruskan memeluknya dan memegangnya," kata Schmitt-Matzen kepada Sentinel.
"Semua orang di luar kamar menyadari apa yang terjadi. Ibunya lari masuk ke kamar. Ia menjerit, 'Tidak, tidak, tidak, belum!' Saya menyerahkan putranya dan meninggalkan ruangan sesegera mungkin."
Ia terus menangis dalam perjalanannya pulang ke rumah, katanya, "Saya bertahun-tahun dinas Angkatan Darat dengan 75th Rangers dan sudah melihat banyak hal. Tapi saya melewati ruang jaga juru rawat dengan menangis tersedu-sedu."
"Saya tahu dokter dan jururawat melihat hal seperti ini setiap hari, entah bagaimana cara mereka menghadapinya."