6 Kriminal Nazi yang Masih Berkeliaran

Sejumlah mantan anggota Nazi yang pernah melakukan kejahatan perang masih hidup bebas hingga sekarang, walaupun semuanya sudah renta.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 13 Des 2016, 20:00 WIB
Ilustrasi lambang Nazi (Reuters)

Liputan6.com, Los Angeles - Pengadilan di utara Jerman menjatuhkan hukuman 4 tahun penjara kepada Oskar Groening (94). Ia adalah mantan SS-Unterscharführer, atau pimpinan muda pasukan Nazi.

Dakwaannya adalah 300 ribu kejadian membantu pembunuhan dalam peran sebagai "Juru Hitung di Auschwitz".

Dikutip dari Time pada Selasa (13/12/2016), Groening adalah segelintir kaum renta mantan pemimpin Nazi yang masih hidup dan didakwa dengan kejahatan yang dilakukan dalam Perang Dunia II.

Tapi, dia bukanlah yang terakhir. Menurut daftar Penjata Perang Nazi Paling Dicari keluaran April 2015 oleh Simon Wiesenthal Center, masih ada setidaknya 5 mantan Nazi yang masih hidup sekarang:


1. Helmuth Leif Rasmussen

Helmuth Leif Rasmussen. (Sumber Daily Mail)

Ramussen (90) adalah salah satu dari 6.000 sukarelawan Denmark yang bergabung dengan SS setelah Jerman menduduki negeri itu pada 1940.

Pada 21 Juli lalu, seorang pemburu Nazi bernama Efraim Zuroff meminta polisi Denmark untuk menyidik Rasmussen karena pernah menjadi pengawal di kamp Bobruisk di Belarus antara 1942-43. Saat itu 1.400 kaum Yahudi terbunuh.

Rasmussen sekarang menggunakan nama marga Rasboel dan tinggal di Kopenhagen. Ia mengaku dalam beberapa wawancara bahwa dirinya pernah menjadi anggota dan pengawal SS yang menyaksikan kaum Yahudi "dibunuh dan dilemparkan ke dalam kuburan massal", tapi ia menolak keterlibatan apapun dalam pembunuhan.

Lebih runyam lagi, Rasmussen telah menerima sejenis hukuman setelah perang. Tidak dijelaskan kejahatan yang dilakukannya, tapi pihak penuntut Denmark mengatakan mereka menghindari mendakwa dua kali dengan tuduhan yang sama.


2. Gerhard Sommer

Gerhard Sommer. (Sumebr The Mirror)

Sommer (94) tinggal di panti jompo di utara Hamburg, sekitar 2 jam perjalanan mobil dari perbatasan Jerman dan Denmark.

Tapi, pada 1994, ketika Sommer masih berusia 22 tahun, ia adalah seorang tentara di kesatuan SS Panzer Division 16 dan diduga membantu pembantaian 560 warga sipil, termasuk 199 anak di kota Sant-Anna di Stazzema, provinsi Tuscan, Italia.

Pembantaian melibatkan penembakan, pemukulan dan pembakaran hidup-hidup.

Sommer adalah satu di antara 10 mantan perwira SS yang kedapatan bersalah secara in absentia dalam pengadilan di Italia pada 2005. Jerman tidak pernah melakukan ekstradisi satupun di antara mereka.

Pihak penuntut Jerman menggugurkan kasus Sommer pada 2012 dengan alasan kurangnya bukti, tapi membuka lagi kasusnya pada Agustus 2014. Tapi, saat itu, para spesialis menyimpulkan bahwa Sommer tidak sehat untuk mengikuti pengadilan karena menderita demensia parah.

Seandainya pengadilan Sommer dilanjutkan, pihak jaksa penuntut menduga ia akan "didakwa dengan 342 kasus pembunuhan yang dilakukan dengan keji dan termotivasi kuat."


3. Alfred Stark

Stark (92) adalah mantan kopral di kesatuan Gebirsgjäger yang juga dijatuhi hukuman in absentia dengan tuduhan memerintahkan eksekusi 117 tahanan perang warga Italia di pulau Kefalonia (Yunani) yang pada 1943 diduduki Italia.

Eksekusi itu merupakan bagian dari pembantaian sekitar 9.500 perwira Divisi Acqui pada September tahun yang sama setelah retaknya persekutuan Jerman dan Italia.

Walaupun ada keputusan pengadilan militer Roma pada 2012 dan penjatuhan hukuman seumur hidup atasnya, pihak Jerman menolak melakukan ekstradisi ke luar. Ia masih tinggal di Jerman.


4. Johann Robert Riss

Johann Robert Riss. (Sumber thedailybeast com)

Riss (92) adalah salah satu dari 3 mantan Nazi yang dijatuhi hukuman seumur hidup pada 2011 oleh pengadilan militer di Roma dengan tuduhan pembantaian tahun 1944 atas 184 warga sipil di Padule di Fucecchio, juga di provinsi Tuscan, Italia.

Pembantaian dilakukan setelah dua tentara Jerman ditembak oleh pasukan perlawanan. Kejadian itu tercatat secara lengkap melalui pernyataan-pernyataan yang dikumpulkan setahun kemudian oleh Charles Edmonson, seorang sersan Inggris yang ingin memastikan bahwa para pihak yang bertanggung jawab diseret ke pengadilan.

Pengadilan militer yang menghukum Reiss juga meminta pemerintah Jerman untuk membayar kompensasi senilai 14 juta euro kepada 30 orang keturunan para korban pembantaian.

Jerman menolaknya dan juga menolak melakukan ekstradisi atas Reiss yang sekarang masih tinggal di negara tersebut.


5. Algimantas Dailide

Algimantas Dailide. (Sumber The Mirror)

Dailide (95) adalah mantan tentara Lithuania yang menjadi anggota Polisi Keamanan di bawah kendali Nazi.

Ia dituduh menahan 12 kaum Yahudi yang mencoba melarikan diri dari Vilna, suatu ghetto Yahudi di kota Vilnius, pada awal 1940-an. Para tahanan Yahudi tersebut diduga dieksekusi kemudian.

Dailide berbohong tentang pekerjaannya dan berimigrasi ke Amerika Serikat setelah perang usai, tapi kemudian dicabut kewarganegaraannya pada 1990-an.

Pada 2004, ia dideportasi ke Jerman. Pada 2008, harian Haaretz melaporkan bahwa Dailide tinggal di kota kecil Kirchberg, Jerman bagian barat, beserta dengan istrinya dan hidup dari dana pensiun istrinya yang warga Jerman.

Dailide terbukti bersalah melakukan kejahatan perang oleh pengadilan di Vilnius, tapi, pada 2008, pengadilan tinggi Lithuania menganggap kesehatannya terlalu buruk untuk menjebloskannya ke dalam penjara.


6. Helmut Oberlander

Helmut Oberlander. (Sumber Toronto Star)

Oberlander (91) sebenarnya berasal dari Ukraina dan berdinas di daerah pendudukan di timur itu sebagai bagian dari Einsatzgruppe D, pasukan maut Nazi yang terkenal.

Perkiraan Wiesenthal Center menyebutkan angka pembunuhan sekitar 23 ribu warga sipil Yahudi oleh kesatuan itu.

Ia sekarang tinggal di Ottawa, Kanada, setelah berimigrasi pada 1954 dan bekerja cukup lama sebagai pengembang. Tapi, selama 20 tahun terakhir ini, ia sedang berjuang secara hukum melawan kabinet federal berkaitan dengan kewarganegaraannya.

Pada 2012, Oberlander memasuki babak ketiga pembelaannya, sementara pemerintah Kanada terus berusaha mencabut kewarganegaraannya dan memerintahkan deportasi.

Pada Februari 2016, pengadilan banding federal Kanada mengirim kasusnya kembali ke kabinet federal Kanada dan memerintahkan pemerintah untuk menelaah lagi kasusnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya