Seskab: Pergantian Pasukan Jaga Istana Tetap Berlangsung Terbuka

Sabtu, 10 Desember 2016, Densus 88 menangkap kelompok teroris yang berencana meledakkan bom di depan Istana Merdeka.

oleh Liputan6 diperbarui 14 Des 2016, 10:39 WIB
Warga mengabadikan gambar prosesi serah terima pergantian pasukan jaga Istana Kepresiden di depan Istana Merdeka, Minggu (28/8). Ini merupakan pelaksanaan seremoni pergantian pasukan jaga istana untuk yang kedua kalinya (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Sekretaris Kabinet Pramono Anung memastikan pemerintah tidak akan mengubah tradisi pergantian pasukan penjaga Istana Presiden, meski sebelumnya sempat akan menjadi sasaran bom.

Sejak pemerintahan Joko Widodo atau Jokowi, pergantian atau serah terima pasukan penjaga Istana yang berlangsung pada minggu kedua setiap bulan digelar secara terbuka di jalan depan Istana Merdeka. Sebelumnya, tradisi ini berlangsung tertutup.

Pramono menegaskan, acara serah terima pasukan penjaga Istana tetap dilakukan secara terbuka agar bisa dinikmati oleh masyarakat.

"Tetap akan dilakukan karena tradisi pergantian jaga supaya masyarakat juga bisa menikmati, bisa tahu proses yang dilakukan secara terbuka. Tapi tentunya dengan adanya ancaman itu kewaspadaan juga perlu dilakukan," kata Pramono seperti dikutip dari setkab.go.id, Rabu (14/12/2016).

Terkait pengamanan pascapenggerebekan kelompok teroris Bekasi, Pramono menjelaskan, Presiden Jokowi telah secara khusus memanggil Kapolri, Panglima TNI, Kapolda DKI, dan Pangdam Jaya untuk membahas hal-hal yang ada, termasuk keamanan selama Jokowi meninggalkan Indonesia pada 11-15 Desember 2016.

Pramono pun membenarkan kelompok teroris Bekasi hendak meledakkan bom di depan Istana.

"Pemerintah percaya sepenuhnya dengan apa yang disampaikan oleh Kapolri, dan tentunya data yang dimiliki oleh Polri adalah data yang sungguh-sungguh, tidak main-main," ujar Pramono.

Menurut dia, keberhasilan Polri mencegah aksi terorisme itu sebenarnya juga peringatan bagi semua.

"Karena biasanya kalau katakanlah ada terjadi ledakan, orang yang disalahkan pertama kali adalah Kapolri dan Polri. Sementara kalau kemudian berhasil dicegah, ada sebagian masyarakat yang berprasangka," kata Pramono.

Karena itu, Pramono meminta agar masyarakat memberikan kepercayaan kepada Polri dan TNI untuk bekerja sungguh-sungguh mengamankan Indonesia dari ancaman teror atau radikalisme.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya