Menunggu Laporan The Fed, Rupiah Terus Menguat

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali menguat pada perdagangan Rabu pekan ini.

oleh Arthur Gideon diperbarui 14 Des 2016, 12:58 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali menguat pada perdagangan Rabu pekan ini. Masih ada ruang bagi rupiah untuk terus menguat. 

Mengutip Bloomberg, Rabu (14/12/2016), rupiah dibuka di angka 13.295 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.325 per dolar AS. Pada pukul 09.45 WIB, rupiah sempat menyentuh angka 13.267 per dolar AS.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Date (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.285 per dolar AS. Patokan pada hari ini menguat jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 13.309 per dolar AS.

Dolar AS mengalami tekanan terbesar sejak September karena para pedagangan sedang menata portofolio mereka sebelum keluarnya hasil keputusan rapat dewan gubernur Bank Sentral AS (the Fed).

Dalam dua hari ini the Fed menggelar sidang bulanan untuk menentukan arah kebijakan moneter. Sebagian besar pelaku pasar memperkirakan bahwa the Fed akan menaikkan suku bunga untuk pertamakalinya dalam tahun ini.

"Ini akhir tahun dan the Fed akan mengeluarkan keputusan, orang menanti dan mereka lebih memilh untuk tidak melakukan apa apa," jelas Analis Barclays Plc, New York, AS, Andres Jaime.

Ia melanjutkan, pelaku pasar juga sedang menunggu kebijakan fiskal usai terpilihnya Donald Trump sebagai presiden AS mengalahkan Hillary Trump.

Ekonom PT Samuel Sekuritas Rangga Cipta menjelaskan, rupiah menguat tipis di perdagangan Selasa walaupun mayoritas kurs di Asia melemah. "Tetapi masih terasa sentimen negatif dari pasar global melihat pelemahan tajam SUN dan IHSG," jelas dia.

Usulan kenaikan harga BBM oleh Pertamina merespon kenaikan harga minyak mentah global, mulai ditanggapi serius oleh pemerintah sehingga kembali mengangkat prospek kenaikan inflasi. Sedangkan BI melihat bahwa masih ada ruang bagi rupiah yang lebih kuat ke depan. (Gdn/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya