Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih tertekan pada perdagangan saham Rabu pekan ini. Aksi jual investor asing masih terjadi sehingga menekan IHSG.
Pada penutupan perdagangan saham, Rabu (14/12/2016), IHSG turun 30,80 poin atau 0,58 persen ke level 5.262,81. Indeks saham LQ45 tergelincir 0,79 persen ke level 882,73. Seluruh indeks saham acuan kompak tertekan.
Ada sebanyak 200 saham melemah sehingga menekan IHSG. Sedangkan 104 saham menguat dan 102 saham diam di tempat.
Transaksi perdagangan saham cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 266.232 kali dengan volume perdagangan 9,4 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 5,9 triliun. Investor asing mencatatkan aksi jual mencapai Rp 273 miliar di pasar reguler. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 13.284.
Baca Juga
Advertisement
Secara sektoral, sebagian besar sektor saham merosot kecuali sektor saham industri dasar naik 0,30 persen. Sektor saham konstruksi turun 1,22 persen, dan catatkan penurunan terbesar. Disusul sektor saham infrastruktur merosot 1,21 persen dan sektor saham aneka industri turun 0,91 persen.
Saham-saham yang menguat antara lain saham SMRU naik 24,18 persen ke level Rp 380 per saham, saham NIKL menanjak 19,47 persen ke level Rp 2.270 per saham, dan saham BTPN menguat 6,34 persen ke level Rp 2.850 per saham.
Sedangkan saham-saham tertekan antara lain saham PTRO merosot 5,42 persen ke level Rp 785 per saham, saham TINS tergelincir 5,24 persen ke level Rp 1.175 per saham, dan saham ARII melemah 6,67 persen ke level Rp 420 per saham.
Bursa Asia pun bervariasi. Indeks saham Hong Kong Hang Seng naik 0,04 persen ke level 22.456,61, indeks saham Korea Selatan Kospi menguat 0,04 persen ke level 2.036,87, indeks saham Jepang Nikkei mendaki 0,02 persen ke level 19.253.
Selain itu, indeks saham Shanghai merosot 0,46 persen ke level 3.140,53, indeks saham Singapura tergelincir 0,04 persen ke level 2.954,06, dan indeks saham Taiwan turun 0,15 persen ke level 9.368,52. Analis PT Recapital Securities Kiswoyo Adi Joe menuturkan, tekanan IHSG masih wajar. Lantaran tekanannya tidak sampai satu persen.