Liputan6.com, Jakarta Keluarga pelaku penusukan bocah SD di NTT heran bagaimana caranya Irwansyah (32) berangkat ke NTT. Sebab, kakak ipar pelaku, Aisyah, tahu betul penghasilan adiknya sangat minim.
Apalagi sejak mengundurkan diri sebagai manajer di perusahaan asuransi, Irwansyah tidak lagi memiliki pekerjaan.
Advertisement
Aisyah menceritakan, terakhir bertemu dengan adiknya iparnya itu pada Oktober kemarin. Dia datang ke rumah orangtuanya yang berada di Jalan Sumur Bandung I, RT 004/02, Kampung Pedurenan Kelurahan Harjamukti, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok, Jawa Barat.
Dalam pertemuan tersebut, adik iparnya tidak pernah mengatakan akan berangkat ke NTT.
"Enggak ada yang aneh dan enggak ada yang ganjil. Saya malah bingung kok bisa adik saya ada di sana, dan dengan kelakuan seperti ini," ucap Aisyah di Depok, Rabu 14 Desember 2016.
Apalagi, selama ini adik iparnya hanya mengandalkan uang dari hasil memenangkan pertandingan futsal yang sudah di tekuni selama setahun belakangan.
"Kalau logikanya enggak percaya. Dia tidak punya dana pribadi sendiri. Kosan juga bayar dari futsalnya, bagaimana biayanya dia bisa sampai ke sana. Apalagi beritanya adik saya dagang di sana," ujar Aisyah.
Aisyah juga membantah bahwa adik iparnya mengidap kelainan jiwa. Menurut dia, jika adik iparnya mengidap penyakit tersebut sudah pasti keponakannya sendiri yang menjadi korban bukan orang lain.
"Dia sayang sama keponakanya. Sama yang ini malah sayang baget," tutur Aisyah.
Irwansyah menyerang tujuh bocah sekolah dasar (SD) di Sabu Barat, Kabupaten Sabu Raijua, NTT sekitar pukul 09.00 WITA, Selasa 13 Desember 2016. Kejadian itu bermula sekitar Pukul 08.47 Wita saat pelajaran tengah berlangsung, pelaku yang membawa sebilah pisau masuk ke ruangan kelas V SDN 1 Sabu Barat.
Di mana saat itu, pelaku menuju ke bangku belakang menghampiri anak perempuan berinisial NO, saat itu juga pelaku langsung memutar wajah bocah SD tersebut dan melukai korban dengan pisau yang dipegangnya pada bagian leher.
Setelah pelaku melukai korban, pelaku melanjutkan aksinya dengan mencari korban lain di kelas tersebut. Teridentifikasi, ada tujuh korban yang dilukai pelaku.