Liputan6.com, Jakarta - Beberapa waktu lalu, komando siber Korea Selatan (Korsel) mendapat serangan siber dari pihak luar. Serangan yang diduga dilakukan oleh Korea Utara (Korut) itu berhasil meretas sejumlah dokumen militer, termasuk informasi rahasia.
Menanggapi tuduhan tersebut, Korut langsung membantahnya. Lewat situs negara tersebut, Uriminzokkiri, tuduhan itu dianggap plot kekanak-kanakan sebagai bentuk pengalihan isu atas dimakzulkannya Park Geun-hye, presiden Korsel minggu lalu.
Dikutip dari Softpedia, Jumat (16/12/2016), serangan itu juga tak mungkin dilakukan Korut karena meninggalkan jejak yang begitu kelihatan. Sebab, alamat IP yang digunakan begitu mudah dilacak, dan menggunakan basis di negara yang kini dipimpin Kim Jong-un tersebut.
Baca Juga
Advertisement
Setelah serangan yang terjadi pada minggu lalu, pihak komando siber Korea Selatan telah mengisolasi server yang terdampak. Hal itu dilakukan pada seluruh jejaring komputer untuk menghindari virus-virus kiriman.
Kejadian ini merupakan kali pertama komando siber negara tersebut berhasil dibobol. Komando yang dibuat pada Januari 2010 itu dibentuk sebagai bagian dari upaya pemerintah Korsel melawan beragam upaya peretasan dari luar negeri.
Sayang, otoritas terkait menolak mengungkap dokumen yang berhasil diretas tersebut. Namun pemerintah Korsel memastikan tak ada dokumen terkait kerja sama militer dengan negara lain yang berhasil dibobol.
Sebagai informasi, Korea Utara diketahui memiliki ribuan pasukan siber. Beberapa laporan menyebut, kelompok tersebut telah berhasil melakukan sejumlah rangkaian serangan siber ke Amerika Serikat dan Korsel. Namun, kabar itu juga telah dibantah.
(Dam/Isk)