Liputan6.com, Jakarta Di Jakarta, tersebar banyak coffee shop atau kedai kopi yang kerap menjadi tempat kumpul anak-anak muda, baik saat hari kerja ataupun di akhir pekan. Aksi ngopi-ngopi ibarat sudah menjadi bagian gaya hidup kaum urban. Ironisnya, tidak banyak orang yang tahu hal-hal mendasar tentang kopi. Melihat kondisi ini, Ve Handojo dan Hendri Kurniawan tergugah untuk membentuk ABCD (A Bunch of Caffeine Dealers) School of Coffee.
Berawal dari kegiatan kecil di Pasar Santa, kini ABCD sudah menghasilkan banyak lulusan yang tidak hanya berjaya di dalam negeri, tetapi juga di mancanegara. Bagaimana kisah ABCD mengedukasi para calon barista Tanah Air? Simak petikan wawancara Good Indonesian Food (GIF) dengan Ve Handojo berikut ini:
Advertisement
Bisa ceritakan awal berdirinya ABCD Coffee?
ABCD Coffee lahir dari kegelisahan saya dan Hendri Kurniawan, rekan saya, terhadap para anak muda, khususnya di Jakarta, yang kurang paham tentang kopi. Padahal, Indonesia adalah negara penghasil kopi terbesar keempat di dunia. Karena Hendri punya passion di kopi, akhirnya kami sepakat membangun ABCD Coffee pada 2014. Kami mulai membuka kelas kecil-kecilan melalui Instagram. Dulu, kami berkegiatan di Pasar Santa, tapi karena peminatnya yang mulai banyak, kami putuskan pindah ke Gondangdia. Kami juga punya coffee shop bernama Ruang Seduh Kemang. Di sini, para pengunjung yang datang kami tawarkan untuk ikut belajar menyeduh kopi atau membuat latte art sendiri.
Siapa saja peserta yang umumnya belajar di ABCD Coffee?
Biasanya peserta kami adalah orang-orang yang berniat membuka coffee shop atau orang yang akan melanjutkan studi ke luar negeri. Dengan mempelajari hal-hal mendasar mengenai kopi di ABCD Coffee, mereka bisa melamar kerja menjadi barista dan mendapat penghasilan tambahan di luar. Kami juga tidak membatasi umur peserta, mulai dari yang 11 tahun hingga sudah tua sekalipun. Banyak peserta yang mendaftar ke ABCD tanpa tahu apa-apa soal kopi. Ada juga yang tidak suka minum kopi, tapi hanya ingin tahu soal kopi. Saat ini, jumlah angkatan ABCD Coffee sudah 181 dengan total peserta sekitar 500-an orang karena satu batch hanya lima orang.
Apa saja pendidikan yang diajarkan di ABCD Coffee?
Edukasi yang kami sebarkan bisa dibilang masih jauh dari lengkap dan lebih bersifat fundamental, misalnya mengenal kopi, perbedaan antara Robusta dan Arabica, alasan kopi disukai orang, benar atau tidaknya minum kopi bisa bikin susah tidur, benar atau tidaknya kopi tidak baik untuk lambung. Hal-hal dasar seperti itu. Selama tiga hari, para peserta akan belajar tentang rasa-rasa kopi, cara menyeduh secara manual, cara menuang susu, cara membuat foam, dan lain-lain. Di weekend, kami juga menyediakan kelas satuan, misalnya kelas teori atau kelas seduh manual untuk para pengunjung yang hanya ingin mengikuti satu kelas. Ada juga kelas Master, di mana kami mendatangkan dosen tamu, seperti Juara Dunia Barista.
Bagaimana cara mendaftar ke ABCD Coffee?
Caranya mudah. Mereka yang tertarik bisa menghubungi ABCD Coffee, mengisi formulir, dan membayar biaya kelas seharga Rp5.000.000 untuk kelas paket.
Di antara berbagai jenis kopi, apakah Mas Ve punya kopi favorit?
Sepertinya tidak ada karena segala jenis kopi sudah saya coba. Kalau kopi, saya lebih pilih rasa yang manis-asam daripada pahit.
Mengenai kopi Indonesia, apakah punya rasa tertentu?
Kopi Indonesia sendiri yang jelas tidak bisa benar-benar manis karena tergantung iklim dan elevasi (ketinggian) saat penanamannya. Tapi, masing-masing kopi tidak dapat diklaim rasanya seperti apa karena masih ada faktor lain yang memengaruhi rasa, seperti proses post-harvest, cara me-roasting, cara grinding, dan cara menyeduhnya.
Terakhir, apakah ABCD Coffee tertarik untuk menawarkan kurikulum atau pendidikan ke kampus-kampus?
Ada keinginan ke arah situ, tapi kami ingin mulai dari jenjang yang lebih muda seperti SMP dan SMA agar mereka bisa mendapat edukasi mengenai kopi lebih dini.
Simak bincang-bincang menarik lainnya dengan para tokoh kuliner Indonesia di Good Indonesian Food.