Liputan6.com, Pidie Jaya - Sejumlah korban gempa Aceh di Kabupaten Pidie Jaya, masih membutuhkan bantuan bahan bangunan untuk mendirikan tempat tinggal yang runtuh.
"Kalau makanan dan minuman, kami sudah dapat Alhamdulillah. Apa yang kami butuh adalah bahan untuk rumah. Rumah sederhana juga tidak apa-apa," kata seorang pengungsi di Kecamatan Trienggadeng Kabupaten Pidie Jaya Rukiyah (59) kepada Antara, Kamis 15 Desember 2016.
Advertisement
Menurut Rukiyah, rumahnya rusak dan reruntuhan mulai dibersihkan oleh anggota TNI sejak Rabu 14 Desember.
Saat gempa Aceh terjadi, Rukiyah tertimpa kusen pintu dan dibantu oleh menantunya untuk keluar dari rumah.
"Cucu saya patah pahanya, sekarang sudah dibawa ke rumah sakit di Banda Aceh. Alhamdulillah sudah membaik," jelas Rukiyah menitikkan air mata.
Saat ini Rukiyah tinggal di tenda pengungsian bersama tiga anaknya.
Sementara itu, sejumlah pengungsi gempa Aceh lain di Kecamatan Meureudu, Kabupaten Pidie Jaya berharap bantuan berupa kebutuhan untuk anak balita.
"Kami masih butuh selimut, butuh alas tidur untuk anak-anak. Lalu pampers dan susu balita juga butuh," kata pengungsi bernama Safiah Ahza.
Safiah bersama cucunya yang berumur 3 bulan datang ke posko bantuan di Masjid Al Istiqamah Rhieng untuk mendapatkan bantuan bersamaan dengan kedatangan Presiden Jokowi ke posko itu.
Selain itu, Nurhayati Zahra, pengungsi lain di Meureudu mengatakan pengungsi menggunakan selimut untuk menghalangi angin yang masuk dari celah tenda pengungsian pada malam hari.
Nurhayati menjelaskan dirinya mengungsi di halaman Mushala Ringmancang bersama sekitar 120 kepala keluarga lain.
Dia mengatakan kendati rumahnya tidak runtuh, namun keluarganya belum berani tinggal di dalam bangunan karena trauma akan gempa susulan.
"Waktu gempa terjadi, kami lari ke gunung. Televisi jatuh, rak piring jatuh, sudah tidak pikir rumah atau motor," kata Nurhayati.
Ibu dengan anak berusia 6 bulan itu mengatakan dia bersama keluarga melarikan diri ke Gunung Rungkum sejak gempa Aceh terjadi hingga sekitar pukul 12.00 WIB karena takut terjadi tsunami usai gempa bumi pada Rabu (7/12) itu.