Liputan6.com, Aleppo - Lebih dari 3.000 orang di Aleppo telah dievakuasi dengan menggunakan bus dan ambulans. International Committee of the Red Cross (ICRC) mengatakan, evakuasi warga dan pasukan pemberontak secara penuh akan memakan waktu beberapa hari.
Pasukan Pemerintah Suriah yang didukung oleh Rusia dilaporkan berhasil merebut kembali hampir seluruh wilayah di Aleppo, yang dikuasai pemberontak pada minggu ini. Hal tersebut disebut sebagai kemenangan besar bagi Presiden Bashar al-Assad.
Advertisement
Sebelumnya, evakuasi warga dan pemberontak yang awalnya direncanakan pada 14 Desember 2016, sempat tertunda akibat runtuhnya gencatan senjata.
"Sekitar 3.000 warga dan lebih dari 40 korban luka, termasuk anak-anak, telah dievakuasi," ujar Kepala ICRC di Suriah, Marianne Gasser, seperti dikutip dari BBC, Jumat (16/12/2016).
"Tidak ada yang tahu berapa banyak orang yang masih berada di timur, dan evakuasi membutuhkan waktu berhari-hari," imbuh dia.
Mereka yang dievakuasi berasal dari wilayah yang dahulunya dikuasai oleh pemberontak, yakni Aleppo timur, menuju Provinsi Idlib.
Kepala Staf Umum Militer Rusia, Gen Valery Gerasimov menyatakan bahwa sebuah koridor kemanusiaan telah dibuat untuk mengevakuasi militan.
"Koridor itu memiliki panjang 21 km, 6 km terbentang sepanjang wilayah Aleppo yang dikuasai oleh pasukan pemerintah dan 15 km melalui wilayah yang dikuasai kelompok bersenjata ilegal," ujar Gerasimov.
Dalam pidato yang disiarkan di televisi, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, negaranya sedang mempersiapkan menerima beberapa warga sipil yang paling rentan, yakni anak-anak, orang tua, dan mereka yang dalam benar-benar dalam kondisi sulit.
Kepala Bulan Sabit Merah Turki, Kelem Kinik, mengatakan kepada awak media bahwa korban luka merupakan prioritas mereka.
Warga yang terkepung di Aleppo telah menghadapi minggu-minggu penuh dengan pertempuran, keterbatasan makanan, dan kurangnya bahan bakar.
Pada Oktober lalu, Presiden Assad menyebut kemenangan di Aleppo akan menjadi batu loncatan untuk membebaskan daerah lain dari teroris. Baru-baru ini ia menyerukan pembebasan Aleppo dan menyebut bahwa sejarah kemenagan sedang dibuat.
Sementara itu Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, John Kerry, menuduh Pemimpin Suriah telah melakukan pembantaian di Aleppo dan mendesak mereka untuk melakukan perundingan perdamaian di Jenewa.
"Satu-satunya pertanyaan yang tersisa adalah, apakah rezim Suriah, dengan dukungan Rusia, bersedia untuk ke Jenewa untuk bernegosiasi secara konstruktif dan apaka mereka bersedia menghentikan pembantaian warga mereka sendiri," ujar Kerry di Washington.