Liputan6.com, Jakarta Narkoba sudah lebih dari lima dekade menjadi sumber ketagihan sekaligus kematian orang-orang di belahan bumi mana pun. Berbagai macam upaya telah dilakukan oleh pemerintah di hampir semua negara seantero dunia dan institusi terkait untuk menghilangkannya secara permanen dari muka bumi ini.
Namun faktanya memang tidak semudah itu. Bukannya merosot tapi kepopuleran narkoba justru meroket seiring dengan berjalannya waktu dan berkembangnya zaman.Memang pengguna narkoba jenis tertentu, khususnya heroin, sudah mulai berkurang di beberapa negara dibandingkan dengan jumlah penggunanya di era tahun 90an.
Tetapi pengguna narkoba jenis lainnya justru meningkat dan jauh lebih berbahaya contohnya seperti yang dewasa ini jadi pilihan terfavorit di kalangan anak muda yaitu, ganja sintentis. Jenis Designer Drugs ini rata-rata usia penggunanya tergolong sangat muda.
Pemerintah telah berupaya untuk memberantas penggunaan narkoba dengan cara melakukan razia rutin di sejumlah tempat rekreasi malam hari dan juga menangkap para pengedarnya.
Mereka melakukan hal-hal tersebut dengan harapan pengguna narkoba di kalangan anak muda berkurang drastis karena tahu akan cepat ketahuan ketika menggunakannya dan membuat mereka jera.
Lalu juga aksi penangkapan pengedar diyakini bisa membuat jumlah pengguna mengurang lantaran tak punya lagi sumber untuk mendapatkan barangnya dan jalur distribusi sudah diputus oleh pihak yang berwenang.
Meski dua metode ini diyakini efektif dan memang sudah beberapa kali terbukti membantu mengatasi masalah narkoba di bumi pertiwi, namun sebetulnya pokok permasalahannya bukan disitu.
Advertisement
Designer Drugs
Di era modern ini, anak muda tidak lagi mengandalkan narkoba yang jenisnya umum dan dikenal secara universal. Bagi mereka narkoba tersebut itu ‘jadul’ dan terlalu berisiko.
Kini mereka lebih suka menggunakan sejumlah jenis narkoba yang merupakan golongan Designer Drugs. Istilah Designer Drugs memang belum banyak didengar di kalangan masyarakat, tetapi menurut World Health Organization (WHO), Designer Drugs akan mewabah di beberapa titik dunia dan efeknya jauh lebih parah dibandingkan narkoba yang sudah ada sejak dahulu kala.
Seperti diinformasikan dalam situs National Institute of Drugs Abuse, Jumat (16/12/2016), Designer Drugs adalah sebutan yang digunakan untuk mendeskripsikan narkoba yang telah diracik ulang menggunakan bahan dasar kimia berbahaya. Narkoba yang sengaja dirancang menggunakan zat-zat kimia tertentu ini efeknya sama dahsyatnya atau bisa melampaui kenikmatan narkoba lain yang sudah umum.
Sebetulnya pembuatan Designer Drugs masih melibatkan penggunaan bahan dasar tanaman narkoba yang sudah umum seperti kokain, morfin dan ganja. Namun yang membedakannya adalah keberadaan kandungan zat kimia lain yang telah dicampurkan ke dalamnya.
Contoh Designer Drugs yang kini populer digunakan di kalangan anak muda diantaranya adalah, ganja sintetis (‘zombie effect’), Ketamine (numbness effect), MDMA (euforia), LSD dan DMT (halusinogen).
Ketamine atau yang lebih populer dengan sebutan 'Special K' hadir dalam bentuk bubuk umumnya berwarna cokelat dan digunakan dengan cara menghirup atau menyerepetnya seperti kokain.
MDMA memang kandungan asli yang umumnya ada dalam butiran ekstasi. Namun umumnya MDMA hadir dalam bentuk pil yang mana berisikan bubuk campuran kandungan ekstasi dan zat kimia lainnya yang bisa membuat efeknya jauh lebih dahsyat dan tahan lama.
LSD dan DMT pasalnya menggantikan 'Magic Mushroom' di era masa kini. Efeknya membuat penggunanya halusinasi berlebih dan memungkinkan masalah kejiwaan permanen lantaran zat kimianya terlalu kuat.
Advertisement
Ganja sintetis
Ganja sintetis atau synthentic cannabinoids merupakan Designer Drugs yang dewasa ini paling disukai remaja. Mengapa begitu? jenis Designer Drugs lain seperti MDMA lebih cocok digunakan di tempat rekreasi malam sehngga bukan pilihan tepat sehari-hari.
Menghirup 'Special K' lama-lama akan membuat kepala pening dan depresi. LSD dan DMT terlalu berat efeknya sehingga hanya beberapa orang yang berani menggunakannya dan meski berani pun, umumnya tidak akan menggunakan di tempat publik.
Menurut lima pengguna aktif ganja sintetis yang telah diwawancarai secara tertutup oleh Health-Liputan6.com beberapa waktu lalu, jenis Designer Drugs ini dianggap paling nikmat karena bisa membuat tertawa tiada henti layaknya ganja biasa. Kemudian halusinasi seperti yang didapat dari narkoba berbahan halusinogen juga dapat, walau tidak dalam kadar berlebihan.
Lalu juga euforia layaknya yang dirasakan ketika mengonsumsi ekstasi atau MDMA pun juga dapat. Jadi, intinya, ganja sintetis memberikan penggunanya kesempatan merasakan kenikmatan hampir semua jenis Designers Drugs atau narkoba umum lainnya sekaligus.
Namun ternyata, efek ganja sintetis di setiap negara tidak selalu sama bahkan bisa sangat berbeda. Kelima pengguna aktif ganja sintetis di Indonesia yang sempat diwawancarai memang mengaku nikmat, tetapi juga mengatakan bahwa kebanyakan menghisapnya akan membuat mereka berperilaku seperti orang epilepsi.
AMB-FUBINACA
Di negara lain seperti Amerika Serikat, lebih tepatnya di kota New York, ganja sintentis 'AMB-FUBINACA’ memiliki efek yang membuat penggunanya menjadi seperti zombie, telat merespon, tatapannya kosong, bisa lupa akan apa yang sedang dilakukan setiap 5 menit dan kehilangan keseimbangan tubuh lantaran merasa sekelilingnya berputar.
Efek tersebut sudah terlihat pada banyak penggunanya di kota New York. Kasus mewabahnya ganja sintetis di kota itu beberapa waktu lalu memotivasi seorang ahli kimia di University of California, San Francisco, Roy Gerona untuk menganalisa lebih jauh kandungan dan efek berjangka panjang jenis Designer Drugs tersebut.
Seperti dimuat di laman New York Times, penelitian Gerona menunjukan bahwa zat kimia yang ada dalam ganja sintentis jauh lebih berbahaya dan 85 kali lebih parah efeknya dibandingkan THC (tetrahydrocannabinol), senyawa aktif ganja asli.
Gerona menjelaskan, “Dalam jangka pendek efeknya lebih seperti zombie, tapi ke depannya sangat mungkin mereka bisa kejang-kejang tanpa sebab lalu mengalami kerusakan ginjal kronis.”
Advertisement
Salah fokus dan strategi
Menurut laporan yang dimuat laman Huffington Post, ganja sintetis umumnya tidak terdeteksi dalam urin atau pun darah. Hal ini memungkinkan para pengguna lebih mudah lolos ketika ada pengecekan narkoba.
Inilah alasan utama kenapa tindakan razia atau pun menangkap dalang narkoba tidak seefektif yang dibayangkan. Kini para pengguna sudah punya cara sendiri untuk mengelabui pihak berwenang.
Terlebih, ganja sintetis peredarannya masih susah ditebak dan mereka yang memproduksinya jauh lebih hati-hati cara mainnya sehingga lebih sulit untuk pihak kepolisian mendeteksi keberadaan mereka.
Ganja sintetis hadir dalam kemasan yang tidak mencurigakan sepeti wewangian ruangan dan aromanya pun tak sama sekali seperti ganja, sehingga bisa saja digunakan di tempat umum tanpa orang mengira itu ganja.
Namanya pun bermacam-macam sehingga sulit untuk mengetahui yang mana yang betul merupakan wewangian ruangan dan yang sebetulnya racikan para Designer Drugs.