Liputan6.com, Jakarta - Pasca-kemenangan Donald Trump sebagai presiden terpilih Amerika Serikat (AS), tak sedikit warga AS menyalahkan Facebook. Pasalnya, jejaring sosial ini dianggap menampillkan pemberitaan yang tidak berimbang. Hal ini juga terjadi di Indonesia, di mana banyak berita hoax membanjiri lini masa.
Menanggapi hal ini, Mark Zuckerberg sempat menegaskan beberapa waktu lalu bahwa pihaknya berjanji untuk membasmi berita-berita hoax di jejaring sosialnya tersebut.
Baca Juga
Advertisement
Dalam keterangan resminya kepada Tekno Liputan6.com, Jumat (16/12/2016), Facebook mengatakan pihaknya sedang melakukan uji coba fitur untuk menangkal berita-berita hoax. Fitur tersebut juga akan segera diluncurkan.
"Kami berupaya untuk menghilangkan hoax yang disebarkan oleh para pembuat berita palsu demi keuntungan mereka sendiri dan bekerja sama dengan komunitas dan organisasi pihak ketiga," ujar Adam Mosseri, VP News Feed Facebook.
Pada uji coba fitur ini, kata Mosseri, pihaknya fokus pada empat hal, antara lain:
1. Proses Pelaporan Lebih mudah
Facebook sedang menguji beberapa cara untuk mempermudah pelaporan berita atau artikel hoax. Pengguna kini bisa melakukannya dengan mengklik sudut kanan atas di sebuah postingan. Cara ini dapat membantu Facebook mendeteksi lebih banyak lagi berita palsu.
2. Memperingatkan Hal-hal yang Diperdebatkan
Facebook baru saja memulai program kerja sama dengan International Fact Checking Code of Principles di Poynter, yakni organisasi pihak ketiga, untuk melakukan pengecekan fakta.
Begitu laporan dari pengguna terkait berita hoax diterima, Facebook akan mengirimkannya laporan berita tersebut ke organisasi tersebut. Jika teridentifikasi palsu, berita tersebut akan memiliki tanda dan tautan ke artikel dengan penjelasan yang benar. Artikel yang diperdebatkan akan muncul lebih sedikit di News Feed.
Berita ini masih bisa dibagikan, tetapi pengguna akan melihat tanda peringatan bahwa artikel tersebut telah diperdebatkan kebenarannya saat pengguna membagikannya. Apabila sebuah artikel ditandai, artikel itu tidak bisa dijadikan iklan dan dipromosikan.
3. Berbagi dengan Informasi yang Benar
Pihak Facebook menemukan bahwa jika membaca sebuah artikel mendorong orang-orang membagikan berita secara signifikan, mungkin ini adalah pertanda artikel itu telah menyesatkan orang-orang dalam beberapa hal.
"Kami tengah melakukan uji coba untuk menggabungkan sinyal ini ke dalam perangkat, terutama bagi artikel yang sangat berbeda dan yang cenderung dibagikan lebih sedikit," ujar Mosseri.
4. Memutus Insentif Finansial bagi Penyebar Berita Palsu
Tak hanya itu, Facebook juga menemukan bahwa pemberitaan palsu memiliki motif uang. Penyebar berita palsu menghasilkan uang dengan menyamar sebagai organisasi media terkenal dan memuat berita hoax yang mengundang pembaca untuk mengunjungi situs mereka. Padahal, kebanyakan isi situs mereka adalah iklan.
Untuk itu, Facebook telah mengeliminasi kemampuan pembelian bagi domain penipu yang akan mengurangi prevalensi dari situs-situs yang berpura-pura sebagai media. Terakhir, pihak Facebook akan menganalisa situs tersebut untuk mengetahui tindakan selanjutnya jika dibutuhkan.
(Cas/Isk)