Bukan Gempa, Sebab Air Danau Singkarak Menghitam Versi Geologis

Gara-gara fenomena air Danau Singkarak menghitam, ikan-ikan di Danau Singkarak terangkat ke permukaan.

oleh Erinaldi diperbarui 17 Des 2016, 11:02 WIB

Liputan6.com, Padang - Perubahan permukaan air Danau Singkarak menjadi kehitaman dalam sepekan belakangan diyakini karena cuaca ekstrem. Ketua Ikatan Ahli Geologi Sumatera Barat Ade Edward meyakini, fenomena ini terjadi karena gelombang cuaca dingin dari angin muson barat dari daratan Asia.

"Kondisi ini mengakibatkan 'bangai' dalam istilah masyarakat setempat atau lebih dikenal dengan arus balik," kata Ade Edward pada Liputan6.com, Jumat, 16 Desember 2016.

Menurut Ade, kondisi ini sejalan dengan perkiraan cuaca Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) di mana angin dengan karakter dingin ini terjadi dalam periode Oktober-Februari. Cuaca dingin menyebabkan tekanan di dasar danau hingga terangkat ke permukaan dan sebaliknya, permukaan air turun ke bawah.

"Semakin dingin cuaca, semakin dalam jangkauannya ke dasar danau sehingga mengangkat endapan-endapan dan sedimentasi di bawahnya," ujar Ade.

Ia membantah fenomena ini terjadi akibat aktivitas tektonik dan vulkanik di dasar danau. Ia mengatakan, Danau Singkarak tidak terletak di jalur gunung api, berbeda dengan Danau Maninjau yang terjadi akibat aktivitas vulkanik.

Menurut dia, hal serupa juga terjadi di Danau Kerinci di mana permukaan air berubah menjadi keruh, beberapa hari lalu. Dalam kondisi normal, permukaan air Danau Singkarak terlihat jernih.

"Ini murni karena cuaca ekstrem yang menimbulkan arus balik. Gempa tidak berdampak pada arus balik," kata dia.

Ia memprediksi, kondisi ini bisa terjadi satu hingga dua kali pada periode waktu angin muson barat melanda kawasan Sumatra. Dalam sepekan belakangan, warna air Danau Singkarak, Sumatera Barat, berubah menjadi keruh kehitaman. Fenomena ini berawal pada Minggu kemarin, yang terlihat masyarakat pinggir danau di kawasan Malalo, Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat.

"Awalnya hanya di satu titik (Malalo)," kata Rangkayo Panduko (58).

Kondisi ini, menurut dia, menyebar menyeluruh ke sejumlah permukaan danau yang luasnya mencapai 107,8 kilometer persegi, hingga hari kelima.

Hanya saja, ujar dia, warnanya tidak sepakat saat fenomena ini terjadi di Malalo. Masyarakat menduga, fenomena ini dipicu akibat gempa Aceh 6,5 Skala Richter, 7 Desember 2016.

Menurut warga, hal serupa juga terjadi pada saat gempa mengguncang Aceh pada Desember 2004 lalu. Namun, ada juga warga yang menduga perubahan warna air Danau Singkarak karena adanya aktiitas vulkanik di dasar danau.

Perubahan warna air danau menjadi keruh ini mengakibatkan ikan di Danau Singkarak terangkat ke permukaan. Menurut Ade, ikan-ikan tersebut layak dikonsumsi karena tidak ada pengaruh racun pakan makanan yang mengendap di dasar danau.

"Ini semacam panen raya, layak dikonsumsi, karena ikan-ikan tersebut hanya 'mabuk' begitu sampai di permukaan akan normal kembali karena mendapat oksigen," kata Ade.  

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya