Liputan6.com, Jambi - Siapa yang tak kenal pempek? Secara umum, panganan berbahan dasar ikan ini dikenal berasal dari Palembang, Sumsel. Namun, tidak bagi warga Jambi.
Kontroversi bermula pada akhir 2013 lalu. Saat itu, Gubernur Jambi yang dijabat Hasan Basri Agus berencana mematenkan pempek sebagai makanan khas daerah itu.
"Memang orang tahunya pempek itu dari Palembang. Tapi jangan salah, di Jambi juga banyak," ujar Kepala Biro Humas Pemprov Jambi saat itu, Rahmad Hidayat.
Di saat bersamaan, Pemprov Sumsel juga sudah mengajukan pempek sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB). Pempek didaftarkan bersama dua warisan budaya lainnya, yakni kesenian Dul Muluk dan songket Palembang. Dari ketiganya, hanya pempek saja yang belum rampung prosesnya.
Rencana klaim oleh Pemprov Jambi sempat memantik emosi Gubernur Sumsel saat itu Alex Noerdin. Sang gubernur bahkan sempat melontarkan kata-kata siap perang apabila ada yang mengklaim pempek.
"Bukan perang seperti yang ramai diperbincangkan. Kita akan segera komunikasikan agar masalah ini cepat selesai," ujar Alex Noerdin menanggapi ribut-ribut soal pempek.
Ciri Khas Pempek Jambi
Daerah paling terkenal di Jambi sebagai produsen pempek adalah Seberang Kota Jambi. Sejak lama, daerah ini dikenal sebagai kawasan budaya di Kota Jambi.
Baca Juga
Advertisement
Untuk sampai ke daerah ini harus menyeberangi Sungai Batanghari terlebih dahulu. Ridha (45) salah seorang warga Seberang Kota Jambi mengatakan, salah satu ciri khas pempek Jambi ada pada kuah cuka atau biasa disebut cuko.
Jika cuko pempek Palembang menggunakan campuran air cuka, pempek Jambi tidak menggunakan asam jawa. "Makanya, pempek Jambi tak bikin gigi rontok, karena tidak ada cukanya," ujar Ridha saat dihubungi di Jambi, Sabtu sore (17/12/2016).
Menurut Ridha, secara umum jenis dan macam pempek di Jambi tak jauh beda dengan yang di Palembang, seperti pempek telor, lenjer, pempek panggang maupun pempek kulit.
Hampir sepanjang jalur utama Kota Jambi terdapat warung pempek. Bahkan, ada beberapa toko terkenal luas dikenal memiliki pempek yang gurih dan lezat. Tak hanya di toko, pempek di Jambi juga dijual keliling kampung.
Hidangan Bangsawan
Pengamat sekaligus sejarawan Jambi, Junaidi T Noor mengatakan, makanan yang berbahan gandum, sagu, ikan, dan saus cuka itu sebelumnya dibawa oleh pendatang dari Tiongkok sekitar 200 tahun lalu. Adanya interaksi kreatif masyarakat akhirnya memunculkan sebutan pempek.
Khusus di Jambi, awalnya pempek dikenal sebagai hidangan pada acara-acara khusus bangsawan atau keluarga kerajaan. Seiring perkembangan zaman, pempek yang dikenal lezat makin dikenal luas dan digemari banyak masyarakat dari segala kalangan.
Junaedi mengimbau agar polemik makanan pempek tidak dibesar-besarkan. Mengingat dari sisi sejarah, antara Palembang dan Jambi masih satu rumpun, yakni ras Melayu.
Pada abad VI, kata Junaedi, Palembang dan Jambi masuk wilayah Kerajaan Sriwijaya. Bahkan, seorang raja Jambi ada yang menikahi seorang perempuan asal Sriwijaya, Palembang.
Dari pernikahan itulah muncul istilah atau sebutan bagi keluarga raja dengan sebutan, Ratu, Kemas, maupun Raden. "Kalau makanan atau budaya kita diklaim negara lain baru kita ributkan," ucap Junaidi.
Advertisement