Liputan6.com, Tondano - Pemadaman listrik masih saja terjadi di Sulawesi Utara (Sulut). Padahal, pihak PLN Wilayah Suluttenggo menyatakan daya listrik dalam kondisi surplus.
Kritikan bahkan kecaman terhadap pihak PLN tak henti dilayangkan warga. Namun, mungkin tak banyak yang mengetahui, bagaimana sulitnya para petugas lapangan menjaga infrastruktur jaringan di tengah hutan.
Baca Juga
Advertisement
"Yang paling berat adalah menangani gangguan jaringan yang melintasi hutan. Apalagi wilayah Tondano Pantai, Kabupaten Minahasa ini berbukit dan lembah," ungkap Franky Sumanti, Manager PLN Rayon Tondano, Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara, kepada Liputan6.com, Minggu 18 Desember 2016.
Beberapa pekan lalu, pemadaman listrik hingga 24 jam terjadi di daerah Tondano, khususnya sekitar Kecamatan Kombi. Keluhan dan kritikan masyarakat kepada pihak PLN tidak ada hentinya. Bahkan, GM PLN Suluttenggo, Baringin Nababan pun akhirnya terjun langsung mengecek petugasnya di lapangan, akibat keluhan warga ini.
"Pemadaman beberapa pekan lalu yang lamanya sampai 24 jam itu memang terjadi di wilayah kerja kami. Tepatnya di hutan antara Desa Ranowangko 2 dan Desa Lalumpe," ujar Franky.
Franky menuturkan, pemadaman listrik itu terjadi karena ada cabang pohon yang patah dan menghantam kabel listrik hingga putus.
"Lokasinya di tengah hutan, di atas perbukitan yang jauh dari perkampungan. Bahkan untuk mencapai titik itu, para petugas lapangan harus naik turun bukit dengan membawa material kabel dan lainnya," ujar dia.
Liputan6.com yang ikut meninjau ke lokasi putusnya jaringan listrik itu, Sabtu 17 Desember 2016, juga melihat bagaimana sulitnya medan yang harus ditempuh para petugas lapangan.
"Yang kesulitan lainnya adalah di sini tidak ada signal ponsel. Sehingga kami kesulitan menginformasikan ke kantor area ataupun wilayah terkait perkembangan pekerjaan yang terjadi. Kami harus kembali ke kampung yang ada signal, lalu balik lagi ke hutan untuk melanjutkan pekerjaan," tutur Franky.
Dia menambahkan, dalam kondisi itulah keluhan masyarakat seolah tidak direspon. "Padahal memang kondisi wilayah yang sulit diakses," tambah dia.
PLN Area Tondano membawahi 7 kecamatan yang terdiri dari 37 kelurahan dan 28 desa. Franky mengakui untuk saat ini pihaknya kekurangan petugas untuk melakukan pengawasan jaringan dengan medan yang berat tersebut.
"Kami punya 24 orang petugas lapangan. Kalau dibandingkan memang tidak seimbang, karena kekurangan petugas," ujar Franky.
Jimmy Rawung, salah satu petugas lapangan, menuturkan ketika terjadi gangguan listrik, dia harus masuk ke hutan untuk menelusuri dan memeriksa tiap-tiang dan kabel yang ada.
"Ini membutuhkan waktu yang cukup lama. Jika ditemukan ada kabel yang putus atau tiang yang roboh, saya balik lagi ke pos jaga untuk memberi informasi dan penanganan selanjutnya," tutur Jimmy.
Pekerjaan yang cukup berat itu tetap dilakoni Jimmy meski terkadang dia tetap dihujani omelan warga pelanggan PLN.
"Ya, diterima saja (omelan pelanggan). Sudah menjadi risiko pekerjaan," tutur Jimmy.
Jimmy menuturkan, menjelang hari Natal dia bersama rekan-rekannya tetap siaga untuk memastikan jaringan listrik tetap aman.
Ketika Hujan Deras, Mereka Mulai Was-Was
Manager PLN Area Manado, Paultje Mangundap mengakui, jaringan listrik yang terpasang di wilayah Tondano berada jauh dari perkampungan dan membuat kesulitan petugas untuk memantau dan memeliharanya.
"Kalau hujan mulai turun, kami was-was. Mengingat kondisi medan yang akan jadi lebih berat jika terjadi gangguan jaringan," ujar Paultje.
Dia mengatakan, memang ada keinginan untuk memindahkan tiang-tiang itu ke dekat perkampungan agar lebih mudah dijangkau. "Namun tentu ada konsekuensi lain karena melewati tanah milik warga," ujar Paultje.
Terkait semua kondisi di lapangan, Deputy Manager Humas PLN Wilayah Suluttenggo, Jantje Rau mengatakan, menjadi catatan penting untuk pembenahan baik dari sisi infrastruktur maupun sumber daya manusia.
"Misalnya masih kurangnya petugas lapangan, serta yang penting juga adalah rencana pemindahan infrastruktur ke dekat jalur utama sehingga mudah dipantau," ujar Jantje.