Liputan6.com, Beijing - Sejak Minggu 18 Desember 2016, polusi udara parah menyelimuti wilayah Tianjin, di timur Kota Beijing, China. Peristiwa tersebut mengganggu jarak pandang pilot sehingga membuat sejumlah jadwal penerbangan dibatalkan.
Selain itu, sejumlah orang terpaksa dilarikan ke rumah sakit karena mengalami kesulitan bernapas. Demikian seperti dilansir CBC.ca yang mengutip Xinhua, Senin (19/12/2016).
Advertisement
Setidaknya 35 jadwal penerbangan di Tianjin dilaporkan dibatalkan atau ditunda. Jalan tol di kota yang dihuni sekitar 7,5 juta warga itu pun terpaksa ditutup akibat jarak pandang yang terbatas.
Polusi di China meningkat 10 kali lebih parah, yang disebabkan oleh asap kendaraan tua dan tak laik jalan, pembangkit listrik tenaga batu bara, serta pabrik.
Akibatnya, jumlah anak-anak yang dilarikan ke rumah sakit meningkat drastis, ruang tunggu di RS disesaki pasien dan orangtuanya.
Beijing dan 22 kota di China telah mengambil langkah penanganan, dengan melarang mobil melaju di jalanan. Penutupan sekolah dan sejumlah toko juga dilakukan.
Level polusi PM 2,5 dikaitkan dengan berbagai efek yang merugikan kesehatan termasuk kanker paru-paru, asma, dan penyakit jantung.
Kota yang tertutup Asap
Pusat Meteorologi Nasional China mengatakan, polusi di Tianjin memburuk sejak Senin 19 Desember 2016. Menurut badan cuaca itu, jarak pandang di beberapa area hanya mencapai 1.000 meter.
Pihak berwenang di Jinan, Tianjin selatan, meningkatkan keswaspadaan kota tersebut menjadi level kedua tertinggi pada Minggu 18 Desember 2016. Pasalnya, Jinan terlihat 'menghilang' akibat kabut.
Dalam website Jilu Evening News, gedung perkantoran terlihat seperti siluet pada siang hari.
Beijing dan kota lainnya di China mencoba untuk meningkatkan kualitas udara dengan mengganti pembangkit listrik bertenaga batu bara menjadi gas alam, serta mengembangkan bus dan taksi bertenaga listrik.
Biro Cuaca di Beijing mengatakan, meski terdapat lonjakan polusi baru, namun udara di ibu kota China telah membaik.